Jakarta (Antara Babel) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta, Jumat pagi, bergerak menguat sebesar 23 poin menjadi
Rp13.488 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.511 per dolar Amerika
Serikat (AS).
"Pasca rilis notulen pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC)
pada awal November lalu, dolar AS cenderung mengalami pelemahan,
sebagian pelaku pasar uang memperkirakan kenaikan suku bunga acuan Fed
tidak akan agresif," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di
Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan bahwa sebagian pelaku pasar menilai The Fed masih
akan mempertahankan suku bunganya pada Desember tahun ini mengingat
inflasi Amerika Serikat yang masih melambat, kondisi itu tidak sesuai
dengan ekspektasi pasar sebelumnya dimana The Fed memiliki satu kali
kesempatan untuk menaikan suku bunganya.
"Kenaikan suku bunga The Fed kemungkinan baru akan terjadi pada
tahun depan. Situasi itu dimanfaatkan sebagian pelaku pasar untuk masuk
ke aset mata uang berisiko, termasuk rupiah," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra menambahkan bahwa
risalah pertemuan FOMC berisi pandangan beragam antara optimisme tentang
ekonomi AS dan kekhawatiran tentang pasar keuangan. Namun demikian,
kesimpulan dari risalah itu adalah rencana kenaikan suku bunga pada
tahun 2018 tetap berada di jalur yang benar.
"Risalah The Fed menunjukkan pandangan yang solid mengenai
pertumbuhan pasar tenaga kerja, belanja konsumen dan manufaktur.Namun,
pejabat The Fed masih ragu inflasi akan mencapai target," katanya.
Sementara itu, lanjut dia, optimisnya outlook harga komoditas juga
berpeluang menjadi katalis positif untuk mata uang berbasis komoditas,
seperti rupiah. Harga minyak mentah yang stabil di atas level 50 dolar
AS per barel menjadi salah satu faktor yang menjaga harga komoditas
lainnya.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Jumat (24/11)
pagi ini berada di posisi 58,44 dolar AS per barel, sementara minyak
mentah jenis Brent Crude di posisi 63,36 dolar AS per barel.
Rupiah Jumat Pagi Menguat ke Rp13.488
Jumat, 24 November 2017 11:06 WIB
Pasca rilis notulen pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada awal November lalu, dolar AS cenderung mengalami pelemahan, sebagian pelaku pasar uang memperkirakan kenaikan suku bunga acuan Fed tidak akan agresif,