Muntok, 20/12 (ANTARA Babel) - Meskipun agak tersendat, namun upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Bangka Barat dalam mewujudkan Kota Muntok sebagai teras barat Provinsi Bangka Belitung, bisa diacungi jempol.
Sebagai kota yang berada di ujung barat Pulau Bangka dan sebagai pintu utama lalu lintas yang menghubungkan Pulau Sumatra dengan Babel, mau tidak mau Kota Muntok harus tampil cantik dan seksi sehingga meninggalkan kesan positif bagi pengunjung yang melewati kota kecil tersebut.
Pembenahan dalam sektor pariwisata terutama dalam hal wisata sejarah dan budaya seperti yang sudah diembankan Pemprov Babel, perlahan tapi pasti mulai tampak yang dimulai dari Wisma Menumbing yang dijadikan ikon pariwisata daerah itu.
"Selain memperbaiki jalan menuju puncak Bukit Menumbing, pada tahun ini perbaikan kamar-kamar di wisma tempat pengasingan Bung Karno tersebut juga kami lakukan agar lebih representatif dan bisa digunakan untuk menginap para tamu," ujar Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Informatika Kabupaten Bangka Barat, Yanuar.
Tidak ketinggalan, kata dia, tempat parkir, pos peristirahatan berupa gazebo bagi para pengunjung Wisma Menumbing yang ingin berjalan kaki atau bersepeda juga tidak luput dai perhatian pemerintah.
"Kami juga sediakan kios penjualan cenderamata khas Bangka Barat beserta kantin di lingkungan wisma," kata dia beberpa waktu lalu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Barat, Noviar Ishak mengungkapkan pada 2012 pihaknya memulai pembukaan proyek pengerjaan jalan di sepanjang pantai dari Muntok Asin hingga kawasan Pantai Batu Rakit untuk mendukung geliat wisata di daerah itu.
Pembangunan tersebut diharapkan bisa mempermudah akses wisatawan menjangkau objek pantai-pantai di sepanjang jalan tersebut sekaligus untuk perluasan kawasan pemukiman di Kota Muntok yang jumlah penduduknya semakin meningkat.
"Dengan adanya jalan aspal yang bagus tentu akan banyak masyarakat yang mambangun rumah di sepanjang jalan tersebut sehingga terjadi pemerataan jumlah penduduk, tidak menumpuk di tengah Kota Muntok," ujarnya.
Terkait dengan wisata Pantai Batu Rakit, Yanuar menambahkan, ke depan pihaknya juga akan mengupayakan pembangunan peningkatan sarana dan fasilitas umum di kawasan Pantai Batu Rakit dengan berbagai fasilitas seperti kolam renang, tempat mandi umum, arena bermain dan pagar batas wilayah.
"Dengan melengkapi berbagai fasilitas umum tersebut diharapkan tempat wisata pantai yang berdampingan dengan pelabuhan dan mercusuar Tanjung Kalian Muntok itu semakin ramai dikunjungi dan mampu mendongkrak pariwisata daerah," katanya.
Wisata Seni dan Budaya
Kapala Bagian Penanaman Modal Sekretariat Daerah Bangka Barat, Achyadi menerangkan secara geografis, potensi wisata di Bangka Barat didominasi wisata kelautan seperti objek pantai yang tersebar di enam kecamatan, objek wisata sejarah yang menarik dan percampuran budaya Melayu-China yang sangat kental.
Berdasarkan rencana induk pariwisata Babel, Kebupaten Bangka Barat sudah ditetapkan sebagai tujuan wisata sejarah karena potensi berbagai peninggalan sejarah yang ada di daerah itu dari sejarah awal mula Pulau Bangka terkait pemerintahan Kasultanan Palembang, sejarah penambangan bijih timah oleh orang Melayu dan China, sampai peran Kota Muntok dalam perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Peninggalan sejarah yang terdapat di daerah itu seperti makam para bangsawan di Makam Kute Seribu, Masjid Jamik yang bersebelahan dengan Kelenteng Khung Fuk Miau yang dibangun pada abad-18, dan Rumah Mayor China.
Untuk wisata budaya atau adat istiadat, Kabupaten Bangka Barat kaya akan adat istiadat baik yang berbentuk upacara adat atau tradisi keagamaan maupun kesenian daerah, beberapa upacara adat seperti Perang Ketupat, Sedekah Kampung dan Malam Tujuhlikur sudah cukup terkenal baik tingkat nasional maupun internasional.
Upacara keagamaan seperti ritual Ceng Beng, Buang Jung, Sembahyang Rebut, Sembahyang Bulan dan lainnya merupakan tradisi yang terus dijaga dan dikembangkan masyarakat keturunan Tionghoa di daerah itu, bahkan warga di perantauan selalu hadir dalam setiap upacara keagamaan tersebut digelar.
Siapkan Pulau Nanas
Dalam upaya mengembangkan pariwisata menjadi salah satu andalan ekonomi mayarakat, Pemkab belum lama ini juga melakukan kunjungan ke Pulau Nanas, Kecamatan Parittiga yang memiliki potensi untuk dikembangkan bersama investor.
"Kami berharap pengembangan pariwisata Pulau Nanas dapat berjalan beriringan dengan rencana pembangunan jembatan yang menghubungkan Parittiga dengan Belinyu, sehingga pulau ini bisa menjadi alternatif baru untuk dikunjungi," ujar Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka Barat, Ramli Ngadjum.
Menurut dia, pemkab tidak akan mampu sendirian membiayai seluruh sarana dan prasaran pendukung untuk pengembangan pulau tersebut terkait keterbatasan anggaran yang ada, untuk itu perlu adanya kerja sama dengan investor yang cukup kuat dan memiliki komitmen untuk mengembangkan gugusan pulau Nanas tersebut.
"Harus ada komitmen bersama untuk menjaga keindahan dan potensi kelautan dari kepentingan sektor lain agar Pulau Nanas dapat menjadi salah satu sektor penggerak perekonomian daerah," kata dia.
Gugusan pulau seluas sekitar dua hektare tersebut sangat cocok untuk pengembangan pariwisata kelautan, seperti tempat memancing, menyelam, penginapan, wisata keluarga dan wisata bahari lainnya, dengan pemandangan menarik, dikelilingi laut jernih tidak kalah dari Balerang, Batam atau Lombok.
Tiga pulau kecil dalam gugusan yang terdiri dari Pulau Nanas Besar dengan luas sekitar 4.000 meter persegi, Pulau Nanas Kecil seluas 2.000 meter persegi dan Pulau Putri seluas 1.000 meter persegi tersebut, dapat dijangkau dengan perahu nelayan berkapasitas 40 PK selama 20 menit dari Desa Bakit, Kecamatan Parittiga.
Selain menawarkan keindahan pemandangan, kata dia, pengunjung juga bisa menangkap ikan di perairan sekitar pulau tersebut dengan alat pancing tradisional dan jaring.
Menurut dia, rencana Pemprov Babel membangun jembatan yang menghubungkan Kecamatan Parittiga, Bangka Barat dengan Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka merupakan potensi yang harus ditangkap daerah itu dengan menyediakan tempat wisata yang memiliki daya jual.
"Kami yakin jika jembatan tersebut terealisasi, arus lalu lintas manusia dari Belinyu ke Parittiga akan melonjak, ini harus ditangkap sebagai peluang ekonomi baru dari sektor pariwisata dengan menyediakan lokasi wisata yang murah, menarik dan berkesan," ujarnya.
Dukungan Pelaku Wisata
Namun, Pemkab tidak bisa bekerja sendirid alam upaya meningkatkan kepariwisataan di daerah itu tanpa adanya dukungan langsung dari masyarakat, terutama para pelaku wisata yang ada.
"Kami minta pelaku usaha kecil tidak seenaknya menaikkan harga produknya, agar terjangkau kantong wisatawan," ujar Ketua LSM Pariwisata Abang Faizal.
Meskipun harga bahan baku ikan semakin meningkat, kata dia, para pembuat oleh-oleh khas binaan tidak diperkenankan menaikkan harga produknya.
"Ini sebagai salah satu komitmen kami dalam upaya memberikan pelayanan terbaik kepada para pelancong kelas ekonomi menengah agar mereka tetap bisa membeli oleh-oleh khas Bangka Barat yang sudah masuk rekor MURI dengan 1001 kuenya," kata dia.
Sementara itu, pemilik Kafekustik di Jalan Raya Peltim Zamka Mirno saat ini sedang merintis terwujudnya jalan raya tersebut sebagai salah satu ikon pariwisata dengan menyediakan berbagai produk kuliner dan kerajinan.
"Kami terus berusaha mengajak warga untuk sadar wisata, bagi yang memiliki keahlian membuat berbagai barang kerjainan kami siap menampung, memajang dan memasarkannya di kafekustik" ujarnya.
Dengan rencana dibukanya Pelabuhan Tanjung Apiapi, Sumatra Selatan, diharapkan jumlah pengunjung dari Pulau Sumatra semakin meningkat, karena jarak tempuh Banyuasin-Muntok dapat ditempuh hanya setengah jam dengan menggunakan kapal cepat.
"Banyak yang harus dibenahi, tanpa peran serta masyarakat dengan meningkatkan kesadaran sapta pesonanya, upaya mewujudkan Bangka barat sebagai tujuan wisata tidak akan pernah terwujud, dan para pengunjung yang datang ke Babel hanya numpang lewat di Kota Tua Muntok," kata dia.
