Beijing, (Antaranews Babel) - Forum Bisnis Indonesia-China di Beijing, Rabu, menghasilkan dua nota kesepahaman bersama (MoU) investasi ditandatangani oleh para pengusaha dari kedua negara yaitu investasi bidang pengolahan sampah dan industri baja di Indonesia.
Ketua Harian Indonesia-China Business Council (ICBC) Ali Hussein mendapatkan kesempatan menandatangani MoU dengan kedua mitranya dari China, yakni CRCC Group Limited dan Zhongde Waste Technology AG yang akan melakukan investasi di bidang pengolahan sampah di Indonesia.
Penandatanganan MoU kedua dilakukan oleh PT Terang Dunia Internusa dan Tangshan Jin Hentong Bicycle Parts Co Ltd. Tangshan yang berkantor pusat di Kota Tianjin akan berinvestasi di bidang industri baja di Indonesia.
"Forum ini bertujuan meningkatkan dan merealisasikan peningkatan kerja sama antara kedua negara di bidang investasi dan perdagangan, khususnya untuk infrastruktur, pertambangan, ekonomi digital dan kreatif, pertanian dan industri pangan," kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun yang menggagas forum bertemakan "Doing Business with Wonderful Indonesia" itu.
Ia mengingatkan bahwa hubungan Indonesia-China yang sudah mengarah pada kemitraan strategis harus tercermin dalam angka-angka ekonomi dan bisnis sehingga defisit perdagangan Indonesia dengan China bisa terus ditekan.
Dubes menyebutkan bahwa GDP Indonesia pada 2017 sebesar 1,15 triliun dolar AS atau 1,64 persen dari ekonomi dunia dan merupakan 36,14 persen dari GDP ASEAN.
"Meskipun perekonomian dunia tidak terlalu baik saat ini ditambah dengan adanya 'trade war', Indonesia memiliki penilaian yang baik dari lembaga rating internasional karena pertumbuhan ekonomi yang stabil dan menjanjikan sebagai destinasi investasi, pariwisata, dan perdagangan," ujarnya.
Hubungan Indonesia dengan China, lebih dekat lagi dengan adanya Prakarsa Sabuk Jalur Sutera-Maritim Abad ke-21 (Belt and Road Initiative/BRI) yang dapat disinergikan dengan Poros Maritim Global Indonesia (Global Maritime Fulcrum/GMF).
"Hal itu tidak hanya bermakna bagi kedua pemerintah, tetapi saya percaya bahwa pihak pebisnis pun dapat memanfaatkannya, terutama dengan dibukanya empat koridor investasi di Indonesia. Pemerintah juga tidak hanya mengalokasikan wilayah investasi, melainkan juga memperbaiki sistem yang ada untuk mendukung dan mempermudah investor," kata Jauhari.
Sementara itu, Deputi Infrastruktur Kementerian Koordinator Kemaritiman Ridwan Djamaludin dalam forum tersebut memaparkan tentang sinergi BRI-GMF.
Selanjutnya, Deputi Promosi Penanaman Modal BKPM Andi Maulana yang turut menjadi pembicara dalam forum yang dihadiri ratusan pengusaha dari Indonesia dan China itu juga memaparkan beberapa kemudahan dalam berinvestasi di Indonesia, termasuk proses perizinan.
Forum tersebut kemudian diisi dengan diskusi panel dalam dua sesi berbeda yang dipandu oleh Ketua Indonesian-China Cambher of Commerce (Inacham) Liki Sutikno.
Sesi pertama membahas tentang potensi ekonomi digital dan kreatif Indonesia pada masa yang akan datang dengan menghadirkan Hadi Lee dari Glexindo, JC Liu (Direktur Jumore), Blair Zhang (Direktur Eksekutif Compass Innovation Alliance), dan Carlson Lou (CEO EV Hive Cocowork).
Sesi kedua membicarakan tentang potensi industri pertanian dan pangan dengan panelis Richard Zhou (Shanghai Sunshine Group selaku importir mangga), Ma Zeng Jun (Paguyuban Tengkulak Produk Pertanian China/CAWA), Vivien Mo (importir sarang burung walet), dan Dandy S Iswara (Atase Perdagangan KBRI Beijing).
Dari sekitar 200 pengusaha yang hadir, sebanyak 40 di antaranya dari Indonesia, sedangkan sisanya dari China.
Para pengusaha dari China juga memanfaatkan forum tersebut untuk mengajukan pertanyaan tentang regulasi investasi setelah mendapatkan gambaran mengenai potensi ekonomi dan bisnis di Indonesia dari para pembicara dan panelis.