Jakarta (Antara Babel) - Para peneliti memperingatkan bahwa kerang, tiram, dan remis dapat hilang dari daftar menu rumah makan jika habitat para moluska (hewan lunak) laut itu terpengaruh dampak buruk perubahan iklim.
Studi terbaru menunjukkan setengah spesies moluska laut diproyeksikan akan kehilangan sebagian besar dari habitat mereka di Atlantik Utara akibat dampak perubahan iklim global pada abad ini.
Para peneliti mengatakan bahwa hewan lunak laut tidak dapat menggeser habitatnya, dan akibatnya mereka hanya akan mati di banyak area.
"Moluska sangat beragam, termasuk hewan sejenis kerang, siput,
gurita dan cumi-cumi. Saya fokus pada bivalvia laut dangkal, di antaranya kerang, tiram, dan gastropoda atau siput," kata Erin Saupe, peneliti yang memimpin penelitian yang dilakukan di Kansas University.
Menurut dia, siput dan kerang merupakan spesies penting bagi ekosistem laut karena mereka berfungsi sebagai sumber makanan bagi banyak spesies laut lain. Selain itu, sebagian besar bivalvia laut (kerang dua cangkang) itu juga berfungsi menyaring pakan dan berperan penting dalam membersihkan air.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Biogeography itu juga menemukan perubahan permukaan air laut dan kondisi laut dapat berpengaruh besar pada manusia.
"Spesies yang saya pelajari ini juga penting untuk manusia," kata Saupe.
"Tiga spesies laut yang menjadi fokus penelitian
ini (kerang, tiram, remis) merupakan sumber makanan dan masuk dalam industri seafood bernilai jutaan dolar. Sementara spesies lainnya memiliki potensi biomedis, misalnya racun spesies Conus berpotensi menyembuhkan rasa sakit kronis," jelasnya.
Saupe dan beberapa peneliti lain menyelidiki gagasan dari penelitian sebelumnya bahwa moluska laut akan menggeser habitatnya menuju perairan yang lebih dingin di Kutub Utara dan Selatan dalam merespon suhu laut yang semakin meningkat.
Saupe bersama rekan-rekannya di Kansas University dan San Jose State University menemukan bahwa tidak ada pergeseran habitat yang signifikan ke arah kutub untuk spesies laut individual.
Sebaliknya, setengah dari spesies moluska laut yang diteliti itu akan kehilangan lebih dari 20 persen habitatnya yang sesuai, dan spesies lainnya bahkan bisa bernasib
lebih buruk.
"Penelitian saya menunjukkan habitat yang cocok untuk spesies moluska laut akan menyusut sebagai akibat dari perubahan iklim," kata Saupe.
"Kemalangan yang cukup berat mungkin terjadi pada beberapa spesies , dimana lebih dari setengah habitat mereka yang saat ini sudah sesuai diperkirakan hilang pada akhir abad ini," ungkapnya.
"Penelitian sebelumnya menunjukkan moluska laut akan menggeser habitat mereka ke kutub utara dalam menanggapi perubahan iklim, tetapi studi saya menemukan hal itu tidak mungkin, setidaknya untuk jenis spesies yang saya pelajari," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
Studi terbaru menunjukkan setengah spesies moluska laut diproyeksikan akan kehilangan sebagian besar dari habitat mereka di Atlantik Utara akibat dampak perubahan iklim global pada abad ini.
Para peneliti mengatakan bahwa hewan lunak laut tidak dapat menggeser habitatnya, dan akibatnya mereka hanya akan mati di banyak area.
"Moluska sangat beragam, termasuk hewan sejenis kerang, siput,
gurita dan cumi-cumi. Saya fokus pada bivalvia laut dangkal, di antaranya kerang, tiram, dan gastropoda atau siput," kata Erin Saupe, peneliti yang memimpin penelitian yang dilakukan di Kansas University.
Menurut dia, siput dan kerang merupakan spesies penting bagi ekosistem laut karena mereka berfungsi sebagai sumber makanan bagi banyak spesies laut lain. Selain itu, sebagian besar bivalvia laut (kerang dua cangkang) itu juga berfungsi menyaring pakan dan berperan penting dalam membersihkan air.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Biogeography itu juga menemukan perubahan permukaan air laut dan kondisi laut dapat berpengaruh besar pada manusia.
"Spesies yang saya pelajari ini juga penting untuk manusia," kata Saupe.
"Tiga spesies laut yang menjadi fokus penelitian
ini (kerang, tiram, remis) merupakan sumber makanan dan masuk dalam industri seafood bernilai jutaan dolar. Sementara spesies lainnya memiliki potensi biomedis, misalnya racun spesies Conus berpotensi menyembuhkan rasa sakit kronis," jelasnya.
Saupe dan beberapa peneliti lain menyelidiki gagasan dari penelitian sebelumnya bahwa moluska laut akan menggeser habitatnya menuju perairan yang lebih dingin di Kutub Utara dan Selatan dalam merespon suhu laut yang semakin meningkat.
Saupe bersama rekan-rekannya di Kansas University dan San Jose State University menemukan bahwa tidak ada pergeseran habitat yang signifikan ke arah kutub untuk spesies laut individual.
Sebaliknya, setengah dari spesies moluska laut yang diteliti itu akan kehilangan lebih dari 20 persen habitatnya yang sesuai, dan spesies lainnya bahkan bisa bernasib
lebih buruk.
"Penelitian saya menunjukkan habitat yang cocok untuk spesies moluska laut akan menyusut sebagai akibat dari perubahan iklim," kata Saupe.
"Kemalangan yang cukup berat mungkin terjadi pada beberapa spesies , dimana lebih dari setengah habitat mereka yang saat ini sudah sesuai diperkirakan hilang pada akhir abad ini," ungkapnya.
"Penelitian sebelumnya menunjukkan moluska laut akan menggeser habitat mereka ke kutub utara dalam menanggapi perubahan iklim, tetapi studi saya menemukan hal itu tidak mungkin, setidaknya untuk jenis spesies yang saya pelajari," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014