Angka siswa putus sekolah di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 2019 tercatat sebanyak 85 orang atau mengalami penurunan jika dibandingkan pada 2018 sebanyak 153 orang.

"Angka putus sekolah atau drop out tahun ini turun, namun tetap menjadi perhatian karena kenakalan remaja dan keluarga tidak harmonis menjadi pemicu anak putus sekolah," kata Kepala Seksi Kesiswaan Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung Timur, Marlinda di Manggar, Rabu.

Ia menjelaskan, kebanyakan perceraian yang terjadi pada orang tua siswa membuat pendidikan anak-anak SD terbengkalai. Orang tua dari keluarga broken home cenderung acuh dengan pendidikan anak.

"Biasanya kalau ada orang tua yang bercerai mereka akan tinggal dengan nenek/kakeknya. Kalau kasusnya seperti itu, kadang orang tua jadi cuek dengan pendidikan anaknya," ujarnya.

Masalah ekonomi keluarga juga memberikan kontribusi bagi jumlah siswa DO. Meski biaya pendidikan untuk sekolah di Kabupaten Belitung Timur sangat terjangkau bahkan gratis.

Menurut Marlinda ada beberapa kasus anak yang duduk di bangku sekolah dasar harus ikut membantu perekonomian keluarga, seperti ikut menambang timah bahkan melaut.

"Dari ekonomi ini nantinya lari ke keharmonisan keluarga, banyak yang cerai gara-gara faktor ekonomi. Padahal kita tetap berupaya dengan memberikan bantuan untuk meningkatkan ekonomi agar anak-anak tetap sekolah," jelas Marlinda.

Berbeda dengan siswa SD, faktor penyebab dominannya siswa SMP DO adalah kenakalan siswa. Sedangkan faktor keluarga kurang harmonis berada di peringkat ke dua.

"Kenakalan di sini biasanya karena sering tidak masuk sekolah, otomatis berhenti. Kalau penyebab dari faktor keluarga broken home itu setelahnya, tapi jumlah angkanya tak jauh berbeda," demikian Marlinda.

Pewarta: Ahmadi

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019