Muntok, 21/2 (AntaraBabel) - Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bangka Barat, manyatakan angka putus sekolah di daerah itu cukup tinggi dan meningkat dibanding tahun ajaran sebelumnya.
"Untuk tahun ajaran 2012/2013 jumlah putus sekolah siswa sekolah tingkat menengah pertama mencapai yaitu 0,6 persen dari 7.086 siswa SMP/MTs di seluruh kabupaten," ujar Kepala Bidang Program Disdikpora Kabupaten Bangka Barat, Farouk Yohansyah di Muntok, Kamis.
Ia menjelaskan, angka putus sekolah yang secara persentase berada di urutan dua yaitu sekolah dasar sekitar 0,5 persen dari 23.819 siswa dan siswa tingkat atas (SMA/SMK/MA) yaitu 0,45 persen dari 5.294 siswa.
Menurut dia, urutan persentase jumlah putus sekolah pada tahun ajaran ini berubah dibanding tahun ajaran sebelumnya yang urutan pertama diduduki siswa sekolah tingkat atas diikuti sekolah menengah pertama dan sekolah dasar.
"Sebagian besar angka putus sekolah ini para siswa pindah sekolah tanpa izin dari sekolah bersangkutan dan dinas sehingga menyulitkan pendataan akurat," ujarnya sambil menyebutkan persentase itu berpatokan pada jumlah dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang disalurkan.
Ia mengatakan, angka putus sekolah itu sebagian besar berasal dari daerah-daerah pertambangan, dimana para pekerja tambang bijih timah selalu berpindah tempat mencari kandungan bijih timah yang terpaksa membawa serta keluarganya.
Menurut dia, digalakkannya operasi penertiban pertambangan liar di beberapa aliran sungai dan pantai oleh Pemkab dan Polres Bangka Barat belakangan ini juga memicu terjadinya putus sekolah.
"Kami perkirakan dalam bulan ini dan bulan depan akan terjadi putus sekolah cukup banyak seiring operasi besar-besaran penertiban tambang liar di beberapa lokasi," kata dia.
Selain itu, kata dia, kasus putus sekolah di daerah itu juga dipengaruhi pernikahan usia muda terutama di daerah pelosok dan meningkatnya kasus seks bebas di kalangan pelajar.
Ia mengatakan, biasanya sekolah tidak memberi toleransi bagi para pelajar yang ketahuan melakukan seks di luar nikah yang belakangan kasusnya semakin meningkat.
"Perlu penyadaran kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memahami pentingnya menunda usia pernikahan sampai usia matang," kata dia.
Pemerintah Pusat sudah berusaha menggelontorkan dana besar untuk meminimalkan angka putus sekolah seperti menggratiskan uang sekolah melalui dana BOS untuk SD dan SMP sementara untuk tingkat SMA melalui dana pendamping BOS dari APBD Kabupaten.
"Selain itu, pada tahun ajaran 2013/2014 kami juga akan memberikan buku paket gratis kepada siswa kelas satu SMP di seluruh Bangka Barat, ini merupakan salah satu upaya pemkab setempat mengurangi angka putus sekolah karena alasan orang tua tidak mampu membeli buku paket pelajaran," kata dia.