Jakarta, 15/8 (Antara) - Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di hadapan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI menyambut HUT ke-69 Proklamasi Kemerdekaan RI di Senayan, Jakarta, Jumat, menjadi pidato tahunan terakhir dalam masa pemerintahannya.

Pada salah satu bagian dari 45 halaman isi pidatonya yang sarat dengan kondisi kenegaraan  dan situasi mancanegara yang menjadi pokok perhatian, Kepala Negara juga menunjukkan bahwa dirinya merupakan manusia biasa.

Seperti tembang "Rocker Juga Manusia" yang dipopulerkan grup musik Seurieus, Presiden Yudhoyono mengungkapkan bahwa dia merupakan manusia biasa yang tak bisa sempurna dalam segala hal.

"Tentunya dalam 10 tahun, saya banyak membuat kesalahan dan kekhilafan, dalam melaksanakan tugas. Dari lubuk hati yang terdalam, saya meminta maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan itu.  Meskipun saya ingin selalu berbuat yang terbaik, tetaplah saya manusia biasa," kata putra pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah, kelahiran Desa Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949 itu.

Presiden pertama hasil pemilihan langsung oleh rakyat pada Pemilu 2004 dan menjadi presiden pertama yang mampu bertahan selama dua periode, 2004-2009 dan 2009-2014, ini mengaku merupakan kehormatan besar bagi dirinya untuk menjadi Presiden Indonesia.  
    
"Saya adalah anak orang biasa, dan anak biasa dari Pacitan, yang kemudian menjadi tentara, menteri, dan kemudian dipilih sejarah untuk memimpin bangsa Indonesia," kata suami Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono dan ayah dari dua putera Agus Harimurti dan Edhie Bhaskoro serta kakek dari dua cucu ini.

Purnawirawan Jenderal TNI dan menorehkan dirinya sebagai peraih lencana Adi Makayasa karena menjadi lulusan terbaik Akabri 1973 ini mengemukakan bahwa menjadi Presiden dalam landskap politik di mana semua pemimpin mempunyai mandat sendiri, dalam negara demokrasi berpenduduk 240 juta jiwa, adalah suatu proses belajar yang tidak akan pernah ada habisnya.      
    
"Di mimbar yang mulia ini, saya, Susilo Bambang Yudhoyono, juga berjanji untuk membantu siapapun yang akan menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 2014 - 2019, jika hal itu dikehendaki. Ini adalah kewajiban moral saya sebagai mantan Presiden nantinya, dan sebagai warga negara yang ingin terus berbakti kepada negaranya," kata Guru Besar Ketahanan Nasional dari Universitas Pertahanan ini.

                                                                                                 Nurani rakyat
    
Masa pemerintahan Yudhoyono dijadwalkan berakhir pada 20 Oktober 2014. Kepala penggantinya kelak, Yudhoyono mengucapkan selamat kepada Presiden terpilih yang nanti akan disahkan oleh Mahkamah Konstitusi.

"Tahun depan, Presiden kita yang baru akan memberikan pidato kenegaraannya di mimbar ini. Saya mengajak segenap bangsa Indonesia, marilah kita bersama-sama mendengarkannya, dan mendukung beliau untuk kebaikan dan kemajuan negeri ini," kata Presiden peraih Antara Achievement Awards 2013 ini.

Presiden menguraikan, pada 9 Juli lalu, hampir 135 juta rakyat Indonesia menentukan pilihan pada dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, yakni pasangan nomor urut 1 Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Hatta Rajasa, dan pasangan nomor urut 2 Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf Kalla.  
    
"Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden dengan suara terbanyak. Saat ini, kita masih menunggu proses akhir dari gugatan yang diajukan oleh pasangan Prabowo-Hatta kepada Mahkamah Konstitusi," katanya.

"Yang penting, marilah kita semua bekerja sama untuk terus mengawal proses ini agar berlangsung secara konstitusional dan damai, serta selalu mengedepankan kepentingan dan masa depan rakyat Indonesia.  Sama seperti sebelumnya, proses Pemilu 2014 ini harus benar-benar menyuarakan nurani rakyat, dan bukan semata pertarungan elit politik. Saya yakin inilah yang paling diharapkan oleh rakyat kita pada saat ini," kata Yudhoyono.

Perjalanan bangsa Indonesia kini ditandai oleh politik yang stabil, pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, dan persatuan nasional yang semakin kokoh.  
    
"Marilah kita terus jaga modal besar ini, agar dapat terus dinikmati generasi penerus," kata Kepala Negara.

Dalam kehidupan bernegara, satu hal yang perlu terus dipelihara adalah kualitas demokrasi.  Di sini perlu dibedakan antara demokrasi prosedural dan demokrasi substantif. Sekalipun berbeda namun keduanya sama pentingnya, ujarnya.

Memang, demokrasi prosedural -- dalam arti pembentukan partai politik, pelaksanaan pemilu dan pembentukan Pemerintah dan Parlemen -- tidak otomatis  menjamin demokrasi yang berkualitas.

Sementara itu, demokrasi yang berkualitas mempunyai banyak dimensi positif. Misalnya, tampilnya wakil-wakil rakyat yang bersih dan memiliki solusi terhadap masalah bangsa.  Pemilihan umum yang menampilkan perdebatan yang bermutu dan persaingan yang sehat.  Peran pers yang independen, kritis dan berintegritas.  Surutnya praktik politik uang. Kecerdasan dan kematangan rakyat dalam memilih wakil-wakil mereka.

Menurut Yudhoyono, tumbuhnya demokrasi di atas kearifan lokal yang sudah ratusan tahun mewarnai pertumbuhan rakyat Indonesia. Dan terselesaikannya segala perselisihan dalam pemilu secara damai dan konstitusional. Inilah demokrasi yang tengah dibangun dan dimatangkan.

Indikasi terkuat dari demokrasi yang berkualitas adalah semakin tumbuhnya kepercayaan dan optimisme masyarakat terhadap sistem demokrasi dan terhadap para pemimpinnya.  Semua ini, jika bisa dicapai, akan menjadikan demokrasi Indonesia lebih dari sekedar proses penghitungan suara atau transaksi politik. Melainkan suatu kekuatan sejarah riil yang akan membuat bangsa Indonesia menjadi kuat, jaya dan makmur, kata Kepala Negara.

                                                                                                  Mimpi indah
      
Presiden Yudhoyono juga mengemukakan bahwa dia juga mempunyai mimpi dan harapan yang indah, yaitu terbangunnya budaya politik yang luhur dimana para pemimpin Indonesia saling bahu membahu, saling membantu, dan saling mengingatkan demi masa depan Indonesia.

"Saya yakin itulah yang didambakan oleh rakyat Indonesia, dan itulah yang harus kita berikan dengan ikhlas kepada mereka," katanya.

Semua hal yang dicapai sebagai bangsa sebenarnya bukan monopoli siapapun. Semua itu adalah kulminasi gabungan dari sumbangsih dan kerja keras seluruh generasi, dari era Presiden Soekarno, era Presiden Suharto, era Presiden B.J. Habibie, era Presiden Abdurrachman Wahid, era Presiden Megawati Soekarnoputri, hingga era dirinya. Ke depan, akan dilanjutkan di era Presiden Indonesia ke-7 dan Presiden-Presiden berikutnya.

Sebagai bangsa yang menghargai apa yang telah dilakukan oleh para pendahulunya, jangan sekali-kali menganggap remeh capaian bangsa ini. "Kita bisa melihat penderitaan luar biasa yang dialami saudara-saudara kita di Gaza sekarang dan banyak negara di Timur Tengah. Tragedi Palestina yang masih berlangsung hingga detik ini mengingatkan bangsa kita betapa mahalnya harga kemerdekaan, persatuan dan perdamaian," kata Yudhoyono.

Pada bagian akhir, Presiden Yudhoyono atas nama pribadi dan keluarga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada jajaran pemerintahan dan seluruh rakyat Indonesia atas dukungan dan partisipasi saudara-saudara, dalam mewujudkan agenda-agenda pembangunan dalam sepuluh tahun terakhir ini

Pewarta: Oleh Budi Setiawanto

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014