Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mendorong anggota kelompok usaha kain tenun lokal melakukan inovasi produk agar semakin berdaya saing.
"Kain tenun lokal atau biasa disebut cual Mentok masih kurang diminati pasar menengah ke bawah, karena harga yang ditawarkan terlalu tinggi," kata Kepala Bidang Industri Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bangka Barat, Agus Setyadi di Mentok, Jumat.
Menurut dia, agar cual Mentok semakin diminati warga dan produksinya bisa semakin meningkat, para pelaku usaha perlu melakukan inovasi produk dan pola produksi.
"Kami siap melakukan pendampingan agar para pelaku usaha yang tergabung dalam kelompok bisa semakin inovatif menangkap peluang pasar yang ada saat ini," katanya.
Menurut dia, pola penenunan tradisional yang selama ini dilakukan salah satu pelaku usaha tenun di daerah itu akan tetap dipertahankan untuk menjaga kelestarian budaya yang ada.
Namun untuk menanggapi kebutuhan dan persaingan industri, pemerintah telah melakukan pelatihan untuk produksi tenun dengan alat tenun bukan mesin.
Penggunaan alat tenun bukan mesin dimaksudkan untuk memudahkan produksi dan diharapkan bisa menekan harga, sehingga harga jual produk yang ditawarkan bisa kompetitif.
"Selama ini sudah ada kelompok yang mendapatkan bantuan dan pendampingan dari Bank Indonesia untuk pengembangan tenun ATBM," katanya.
Selain mempermudah pola produksi dengan ATBM, kata dia, pengembangan desain, pendampingan usaha dan pemasaran juga terus dilakukan.
"Kami berharap pola tersebut bisa meningkatkan pendapatan para pelaku usaha sekaligus mendukung kepariwisataan yang sedang dibangun di Bangka Barat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
"Kain tenun lokal atau biasa disebut cual Mentok masih kurang diminati pasar menengah ke bawah, karena harga yang ditawarkan terlalu tinggi," kata Kepala Bidang Industri Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bangka Barat, Agus Setyadi di Mentok, Jumat.
Menurut dia, agar cual Mentok semakin diminati warga dan produksinya bisa semakin meningkat, para pelaku usaha perlu melakukan inovasi produk dan pola produksi.
"Kami siap melakukan pendampingan agar para pelaku usaha yang tergabung dalam kelompok bisa semakin inovatif menangkap peluang pasar yang ada saat ini," katanya.
Menurut dia, pola penenunan tradisional yang selama ini dilakukan salah satu pelaku usaha tenun di daerah itu akan tetap dipertahankan untuk menjaga kelestarian budaya yang ada.
Namun untuk menanggapi kebutuhan dan persaingan industri, pemerintah telah melakukan pelatihan untuk produksi tenun dengan alat tenun bukan mesin.
Penggunaan alat tenun bukan mesin dimaksudkan untuk memudahkan produksi dan diharapkan bisa menekan harga, sehingga harga jual produk yang ditawarkan bisa kompetitif.
"Selama ini sudah ada kelompok yang mendapatkan bantuan dan pendampingan dari Bank Indonesia untuk pengembangan tenun ATBM," katanya.
Selain mempermudah pola produksi dengan ATBM, kata dia, pengembangan desain, pendampingan usaha dan pemasaran juga terus dilakukan.
"Kami berharap pola tersebut bisa meningkatkan pendapatan para pelaku usaha sekaligus mendukung kepariwisataan yang sedang dibangun di Bangka Barat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020