Pangkalpinang (ANTARA) - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggagas tenun cual masuk ke dalam kurikulum SMA, SMK, dan sederajat, guna melestarikan budaya menenun kepada generasi muda di daerah itu.
"Cual bukan hanya perkara menenun saja, tetapi bagaimana para generasi bisa menghargai budaya nenek moyangnya," kata Ketua Dekranasda Provinsi Kepulauan Babel Sri Utami Soedarsono Djamaluddin saat pelatihan tenun cual dengan pewarna alami di Pangkalpinang, Selasa.
Ia mengatakan gagasan tenun cual masuk kurikulum muatan lokal di SMA, SMK, Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini, sebagai langkah pemerintah dalam melestarikan kebudayaan menenun kepada para pelajar.
"Jadi diawali dengan keinginan saya untuk ada mulok (muatan lokal) di semester genap di semua SMA/SMK sederajat juga SLB, hingga akhirnya nanti mereka para generasi bisa menghargai cual itu seperti apa," ujarnya.
Dia menjelaskan pelatihan tenun cual dengan pewarna alami merupakan kerja sama Dekranasda dengan Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (DKUKM) dengan mengundang narasumber yang berasal dari Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gajah Mada (UGM), serta melibatkan 38 peserta yang terdiri atas anggota PKK, guru, dan perajin tenun cual.
"Kegiatan ini untuk mewariskan budaya tenun ke generasi penerus terutama anak-anak didik yang memiliki minat dan bakat untuk mengembangkan kerajinan tenun cual," katanya.
Ia menambahkan para peserta pelatihan akan dikenalkan dengan bahan pewarna alami yang berasal dari tanaman kedebik dan indigofera yang tumbuh dengan subur di Bangka Belitung. Tanaman tersebut menghasilkan warna ungu secara alami, sehingga tidak menggunakan pewarna sintetis.
"Kami berharap para guru pembimbing dapat mengenalkan budaya tenun cual Bangka Belitung, serta untuk menambah pengetahuan bagi para perajin tenun cual Bangka Belitung, khususnya dalam hal teknik pewarnaan," katanya.