Koba (Antara Babel) - Petani lada di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung terancam gagal panen akibat musim kemarau panjang.
Surya, seorang petani lada di Koba, Senin, mengungkapkan tanaman ladanya kekurangan air pada musim kemarau sehingga berpengaruh terhadap buahnya.
"Bahkan banyak batang lada yang tidak berbuah karena kekurangan air, buah yang sudah ada juga tergolong kecil dan kuning," ujarnya.
Saat ini dirinya hanya berharap hujan segera turun agar tanaman ladanya kembali subur dan buahnya lebih banyak.
"Kalau disiram jelas tidak sanggup karena ada ratusan batang lada. Saya hanya menyiram yang dekat dari pondok kebun saja," ujarnya.
Menurut dia, sekarang ini hasil lada sangat diharapkan membantu menopang ekonomi keluarga kendati masa panennya harus menunggu lebih lama.
"Memang membutuhkan waktu lama baru bisa panen dan membutuhkan tenaga serta biaya produksi yang lumayan besar, tetapi semuanya bisa tertutupi karena harga lada lumayan mahal," ujarnya.
Sementara Ida, petani lada lainnya mengaku kondisi cuaca ekstrem sekarang ini sangat tidak menguntungkan petani lada.
"Jika kemarau masih terus berlanjut tentu akan berpengaruh terhadap produksi lada dan bukan tidak mungkin gagal panen," ujarnya.
Menurut dia, saat ini permintaan lada sangat tinggi, sementara harganya mencapai ratusan ribu rupiah per kilogram.
"Makanya tidak heran ada petani yang menyimpan lada hingga hitungan ton mampu menghasilkan uang ratusan juta rupiah karena terjual dengan harga tinggi," ujarnya.
Bagi sebagian warga, kata dia, lada yang sudah dipanen kemudian disimpan dalam waktu lama, kemudian baru dijual jika harganya sudah tinggi.
"Lada semakin disimpan lama kualitasnya semakin bagus dan itu bisa mendongkrak harga," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
Surya, seorang petani lada di Koba, Senin, mengungkapkan tanaman ladanya kekurangan air pada musim kemarau sehingga berpengaruh terhadap buahnya.
"Bahkan banyak batang lada yang tidak berbuah karena kekurangan air, buah yang sudah ada juga tergolong kecil dan kuning," ujarnya.
Saat ini dirinya hanya berharap hujan segera turun agar tanaman ladanya kembali subur dan buahnya lebih banyak.
"Kalau disiram jelas tidak sanggup karena ada ratusan batang lada. Saya hanya menyiram yang dekat dari pondok kebun saja," ujarnya.
Menurut dia, sekarang ini hasil lada sangat diharapkan membantu menopang ekonomi keluarga kendati masa panennya harus menunggu lebih lama.
"Memang membutuhkan waktu lama baru bisa panen dan membutuhkan tenaga serta biaya produksi yang lumayan besar, tetapi semuanya bisa tertutupi karena harga lada lumayan mahal," ujarnya.
Sementara Ida, petani lada lainnya mengaku kondisi cuaca ekstrem sekarang ini sangat tidak menguntungkan petani lada.
"Jika kemarau masih terus berlanjut tentu akan berpengaruh terhadap produksi lada dan bukan tidak mungkin gagal panen," ujarnya.
Menurut dia, saat ini permintaan lada sangat tinggi, sementara harganya mencapai ratusan ribu rupiah per kilogram.
"Makanya tidak heran ada petani yang menyimpan lada hingga hitungan ton mampu menghasilkan uang ratusan juta rupiah karena terjual dengan harga tinggi," ujarnya.
Bagi sebagian warga, kata dia, lada yang sudah dipanen kemudian disimpan dalam waktu lama, kemudian baru dijual jika harganya sudah tinggi.
"Lada semakin disimpan lama kualitasnya semakin bagus dan itu bisa mendongkrak harga," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014