Ifan Seventeen menjadikan pembuatan film dokumenter "Kemarin" sebagai proses penyembuhan diri dari trauma pascatsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018.
"Ini memang susah untuk diikuti apalagi untuk merekam ulang beberapa kejadian. Mau enggak mau terpaksa harus menghadapi ketakutan gue," kata Ifan dalam Live Streaming Instagram, Selasa.
Sebagai satu-satunya personel band Seventeen yang selamat dari terjangan tsunami, mau tidak mau Ifan harus terlibat dalam setiap proses produksi. Melakukan wawancara, reka ulang adegan tsunami dan diikuti kamera setiap hari, harus dijalani oleh vokalis Seventeen itu.
"Tapi ini jadi proses healing gue, karena apa yang jd ketakutan gue, harus gue hadapi. Karena film ini kayak semacam pesan terakhir dari anak-anak, karena sebulan sebelumnya kita sudah memutuskan mau bikin dokumenter. Ini mau enggak mau jadi proses penyembuhan," lanjutnya.
"Kemarin" merupakan film dokumenter drama yang mengisahkan tentang perjalanan awal Seventeen terbentuk hingga musibah tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 yang merenggut nyawa tiga personelnya yakni M. Awal Purbani (Bani - bassis), Herman Sikumbang (Herman - gitaris), Windu Andi Darmawan (Andi - drummer) serta Oki Wijaya (road manager), Ujang (kru) dan Dylan Sahara (istri dari Ifan).
Karena bergaya dokudrama atau bersifat semi dokumenter, "Kemarin" akan memuat reka ulang yang sudah didramatisasi dari peristiwa nyatanya. Teknologi canggih pun digunakan untuk menciptakan ombak tsunami dan melinatkan puluhan extras.
"Kemarin" disutradarai oleh Upie Guava dan Whisnu Surya sebagai penulis skenario. Bagi Ifan, film ini merupakan sebuah amanah dari teman-temannya yang sudah tiada untuk para penggemar Seventeen.
Lebih lanjut Ifan menyampaikan terima kasih kepada para teman yang mendukung.
"Aku mau mengucapkan terima kasih banyak buat teman-teman Seventeen yang terus support bahkan di situasi yang paling tidak mengenakkan. Film ini dibuat agar kita semakin dekat dengan teman-teman dan teman-teman yang mau lebih kenal dengan Seventeen harus nonton filmnya," kata Ifan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
"Ini memang susah untuk diikuti apalagi untuk merekam ulang beberapa kejadian. Mau enggak mau terpaksa harus menghadapi ketakutan gue," kata Ifan dalam Live Streaming Instagram, Selasa.
Sebagai satu-satunya personel band Seventeen yang selamat dari terjangan tsunami, mau tidak mau Ifan harus terlibat dalam setiap proses produksi. Melakukan wawancara, reka ulang adegan tsunami dan diikuti kamera setiap hari, harus dijalani oleh vokalis Seventeen itu.
"Tapi ini jadi proses healing gue, karena apa yang jd ketakutan gue, harus gue hadapi. Karena film ini kayak semacam pesan terakhir dari anak-anak, karena sebulan sebelumnya kita sudah memutuskan mau bikin dokumenter. Ini mau enggak mau jadi proses penyembuhan," lanjutnya.
"Kemarin" merupakan film dokumenter drama yang mengisahkan tentang perjalanan awal Seventeen terbentuk hingga musibah tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 yang merenggut nyawa tiga personelnya yakni M. Awal Purbani (Bani - bassis), Herman Sikumbang (Herman - gitaris), Windu Andi Darmawan (Andi - drummer) serta Oki Wijaya (road manager), Ujang (kru) dan Dylan Sahara (istri dari Ifan).
Karena bergaya dokudrama atau bersifat semi dokumenter, "Kemarin" akan memuat reka ulang yang sudah didramatisasi dari peristiwa nyatanya. Teknologi canggih pun digunakan untuk menciptakan ombak tsunami dan melinatkan puluhan extras.
"Kemarin" disutradarai oleh Upie Guava dan Whisnu Surya sebagai penulis skenario. Bagi Ifan, film ini merupakan sebuah amanah dari teman-temannya yang sudah tiada untuk para penggemar Seventeen.
Lebih lanjut Ifan menyampaikan terima kasih kepada para teman yang mendukung.
"Aku mau mengucapkan terima kasih banyak buat teman-teman Seventeen yang terus support bahkan di situasi yang paling tidak mengenakkan. Film ini dibuat agar kita semakin dekat dengan teman-teman dan teman-teman yang mau lebih kenal dengan Seventeen harus nonton filmnya," kata Ifan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020