Pangkalpinang (Antara Babel) - Kepala Badan Pengelola Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L) Provinsi Bangka Belitung, Zainal Arifin mengatakan hampir seluruh petani lada di daerah itu sudah menggunakan teknologi junjung hidup karena harganya yang cukup murah.

"Para petani ini sudah mengetahui  keuntungan dari penggunaan junjung hidup ini. Selain harganya lebih murah, umur pakai dari junjung hidup ini juga bisa mencapai 15 tahun," ujarnya di Pangkalpinang, Selasa.

Ia mengatakan, pohon yang digunakan sebagai junjung hidup untuk perkebunan lada mereka yakbi pohon gamal. Harga untuk setiap pohonnya hanya sekitar Rp1000 hingga Rp1500.

"Penggunaan junjung hidup ini bisa menghemat pengeluaran petani hingga 50 persen. Karena jika mereka masih menggunakan kayu junjung mati, mereka harus mengeluarkan biaya sekitar Rp3000 setiap batangnya," katanya.

Ia menilai, saat ini pihaknya sudah berhasil menggunakan pohon gamal sebagai junjung lada dan hasilnya produksinya cukup baik. Sehingga pihaknya mulai mencoba melakukan pembibitan pohon kapuk randu yang bisa dijadikan alternatif lain untuk junjung hidup tanaman lada.

Menurutnya,  dengan menggunakan junjung hidup, diperkirakan bisa bertahan hidup hingga 15 tahun. Sedangkan jika menggunakan junjung mati hanya bertahan sekitar tiga hingga lima tahun.

"Dalam penggunaan junjung hidup ini, jarak tanam setiap pohon lada harus lebih lajuh, yakni tiga meter agar tidak menutupi lingkungan kebun secara berlebihan yang bisa mendorong kelembapan sehingga dapat menimbulkan tumbuhnya jamur," jelasnya.

Dikatakannya, dengan semakin banyaknya petani menggunakan teknologi junjung hidup ini, diharapkan minta masyarakat Babel kembali berkebun lada semakin tinggi, sehingga produksi lada juga semakin meningkat.

"Untuk meyakinkan para petani agar menggunakan teknologi junjung hidup, kami terus melakukan pembinaan kepada mereka mengenai keuntungan dan kelebihan dalam menggunakan tekbologi itu," katanya.

Pewarta: Try Mustika Hardi

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015