Koba (Antara Babel) - Sejumlah guru SMP yang bernaung di bawah Yayasan Stania, Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung, menyesalkan sikap Presiden Direktur PT Koba Tin Kamardin M Top (KMT) yang tidak mengubris keluhan para tenaga pendidik itu.

"Sejumlah guru sempat mengadakan pertemuan dengan KMT menyampaikan keluhan dan berbagai permintaan yang sudah bertahun-tahun tidak dipenuhi, tetapi tidak ditanggapi dengan baik," kata Surliani, Kepala SMP Stania Koba di Koba, Selasa.

Ia menjelaskan, PT Koba Tin hingga sekarang tetap sebagai pemilik Yayasan Stania kendati perusahaan peleburan timah itu sudah tidak beroperasi lagi.

"Kami tahu kontrak karya PT Koba Tin tidak diperpanjang lagi, namun bukan berarti kewajiban pihak perusahaan terhadap yayasan ini diabaikan," ujarnya.

Ia menjelaskan, dalam pertemuan dengan KMT tersebut ada beberapa hal yang diminta para guru di antaranya meminta kenaikkan gaji yang sudah empat tahun diperjuangkan namun belum terwujud.

"Kemudian kami juga meminta renovasi sejumlah gedug sekolah yang saat ini kondisinya memprihatinkan," ujarnya.

Ia menyatakan, saat ini terkesan Yayasan Stania ditelantarkan karena statusnya milik PT Koba Tin namun sudah lama tidak dibantu pendanaan.

"Dalam beberapa bulan ini gaji guru dibayar dari uang sekolah siswa yang diatur pihak Yayasan Stania," ujarnya.

Ia mengatakan, sejumlah guru mengaku kecewa usai bertemu dengan KMT karena tidak mendapat jawaban yang memuaskan.

"Awalnya kami sudah berharap karena dipanggil KMT untuk menggelar pertemuan, setelah bertemu malah KMT hanya bisa memberikan janji yang bagi kami itu pemberian harapan palsu saja," ujarnya.

Pihak guru juga mempertanyakan dana Jamtup yang kabarnya sudah dicairkan sekitar Rp7 miliar lebih karena ada hak guru dalam dana Jamtup tersebut.

"Dana tersebut bagian mainclousure atau hak pekerja pascatambang PT Koba Tin, tentu kami menginginkannya," ujarnya

Pewarta: Ahmadi

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015