Pangkalpinang (Antara Babel) - Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, melakukan pemijahan terhadap patin dan lele untuk memenuhi permintaan petani ikan tawar di daerah itu.
"Pemijahan kedua jenis ikan tersebut dilakukan secara semialami, yaitu menyuntik atau memasukan hormon perangsang pada induk betina," kata Kepala BBIL Pangkalpinang Teguh Sutoto di Pangkalpinang, Jumat.
Menurut dia, tingkat keberhasilan pemijahan tersebut bisa lebih tinggi.
Ia menjelaskan meskipun kematangan induk sulit ditentukan secara visual, telur yang ada dalam tubuh dipaksa untuk keluar, hingga terjadi pemijahan, sedangkan hambatan dalam produksi masih bisa ditekan.
"Saat ini, indukan lele yang dipijah ada tiga pasang, sedangkan patin hanya sepasang. Hal itu karena permintaan lele lebih tinggi dibanding patin, selain itu panen lele lebih cepat dibanding patin," ujarnya.
Ia menjelaskan dengan pemijahan semialami indukan ikan lele atau patin yang berat satu kilogram bisa menghasilkan telur 150 ribu butir dan jika penetesan sekitar 60 persen itu, sudah cukup baik.
"Telur ikan itu tidak mungkin menetas semuanya karena ikan tersebut mempunyai sifat kanibalisme. Selain itu juga kemungkinan pada benih terjadi stres yang dapat mengakibatkan kematian pada benih ikan itu," ujarnya.
Ia mengatakan permintaan benih lele yang tinggi, karena minat warga mengonsumsi lele lebih banyak dibandingkan dengan patin sehingga petani ikan tawar di daerah itu cenderung membesarkan lele dibandingkan dengan patin.
"Saat ini, permintaan untuk benih patin belum ada namun kami tetap melakukan pemijahan sebagai antisipasi jika ada petani yang ingin membudidayakan ikan itu," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015
"Pemijahan kedua jenis ikan tersebut dilakukan secara semialami, yaitu menyuntik atau memasukan hormon perangsang pada induk betina," kata Kepala BBIL Pangkalpinang Teguh Sutoto di Pangkalpinang, Jumat.
Menurut dia, tingkat keberhasilan pemijahan tersebut bisa lebih tinggi.
Ia menjelaskan meskipun kematangan induk sulit ditentukan secara visual, telur yang ada dalam tubuh dipaksa untuk keluar, hingga terjadi pemijahan, sedangkan hambatan dalam produksi masih bisa ditekan.
"Saat ini, indukan lele yang dipijah ada tiga pasang, sedangkan patin hanya sepasang. Hal itu karena permintaan lele lebih tinggi dibanding patin, selain itu panen lele lebih cepat dibanding patin," ujarnya.
Ia menjelaskan dengan pemijahan semialami indukan ikan lele atau patin yang berat satu kilogram bisa menghasilkan telur 150 ribu butir dan jika penetesan sekitar 60 persen itu, sudah cukup baik.
"Telur ikan itu tidak mungkin menetas semuanya karena ikan tersebut mempunyai sifat kanibalisme. Selain itu juga kemungkinan pada benih terjadi stres yang dapat mengakibatkan kematian pada benih ikan itu," ujarnya.
Ia mengatakan permintaan benih lele yang tinggi, karena minat warga mengonsumsi lele lebih banyak dibandingkan dengan patin sehingga petani ikan tawar di daerah itu cenderung membesarkan lele dibandingkan dengan patin.
"Saat ini, permintaan untuk benih patin belum ada namun kami tetap melakukan pemijahan sebagai antisipasi jika ada petani yang ingin membudidayakan ikan itu," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015