Muntok (Antara Babel) - Panitia pameran batu mulia yang akan diselenggarakan di Museum Timah Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung menargetkan lebih dari 100 peserta dari dalam dan luar daerah ikut dalam ajang tersebut.
"Kami sediakan tempat pameran yang mampu menampung lebih dari 100 peserta, baik anjungan perorangan, kelompok atau komunitas," kata Wakil Ketua Komunitas Pecinta Batu Mulia Kabupaten Bangka Barat (Kobbar), Mashur Hendry di Muntok, Rabu.
Ia mengatakan, pameran batu mulia tersebut akan dilaksanakan pada 16-19 April 2015 berlokasi di halaman Museum Timah Indonesia (MTI) Muntok dan akan menampilkan batu lokal dan luar daerah.
"Kami tidak membatasi asal batu, kami ingin semua jenis batu mulia bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu, sekaligus untuk mengenalkan berbagai jenis batu dari luar daerah kepada masyarakat setempat," kata dia.
Ia mengatakan, melalui pameran yang digelar selama empat hari tersebut panitia menargetkan kegiatan itu mampu menyedot lebih dari 1.000 orang pengunjung, baik dari dalam maupun luar daerah.
"Kami yakin kegiatan ini akan mampu mendatangkan banyak pengunjung seiring meningkatnya trend batu dan animo masyarakat memahami potensi sumber daya alam yang dimiliki daerahnya," kata dia.
Menurut dia, melalui pameran tersebut bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para pelaku usaha batu mulia lokal untuk menawarkan produk yang dihasilkan selama ini.
"Kami berharap pelaku usaha batu lokal bisa memberikan variasi produk, bukan hanya sebatas batu cincin untuk kalangan pria, namun dalam bentuk lain, misalnya cincin wanita, liontin, kalung, gelang, hiasan meja atau produk khas lainnya," kata dia.
Ia mengatakan, Kabupaten Bangka Barat kaya akan kandungan batu mulia kualitas kuarsa atau "quartz", seperti kinyang air, kinyang bensin, kinyang rambut, kinyang ungu atau bungur ungu yang biasanya bisa ditemukan di lokasi penambangan bijih timah.
Selain batu dengan tingkat kekerasan enam tersebut, ada juga batu dengan tingkat kekerasan tujuh hingga 7,5 yaitu jenis "tourmaline" hitam, hijau dan kemerah-merahan.
"Di daerah ini juga ditemukan batu jenis akik dengan tingkat kekerasan antara lima hingga enam, seperti jenis cempaka dan katilayu atau kristal getah. Kami harapkan ke depan para perajin bisa memberi sentuhan kreasi lain kekayaan sumber daya alam yang dimiliki sehingga memberikan nilai tambah yang lebih tinggi terhadap mineral sisa penambangan bijih timah tersebut," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015
"Kami sediakan tempat pameran yang mampu menampung lebih dari 100 peserta, baik anjungan perorangan, kelompok atau komunitas," kata Wakil Ketua Komunitas Pecinta Batu Mulia Kabupaten Bangka Barat (Kobbar), Mashur Hendry di Muntok, Rabu.
Ia mengatakan, pameran batu mulia tersebut akan dilaksanakan pada 16-19 April 2015 berlokasi di halaman Museum Timah Indonesia (MTI) Muntok dan akan menampilkan batu lokal dan luar daerah.
"Kami tidak membatasi asal batu, kami ingin semua jenis batu mulia bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu, sekaligus untuk mengenalkan berbagai jenis batu dari luar daerah kepada masyarakat setempat," kata dia.
Ia mengatakan, melalui pameran yang digelar selama empat hari tersebut panitia menargetkan kegiatan itu mampu menyedot lebih dari 1.000 orang pengunjung, baik dari dalam maupun luar daerah.
"Kami yakin kegiatan ini akan mampu mendatangkan banyak pengunjung seiring meningkatnya trend batu dan animo masyarakat memahami potensi sumber daya alam yang dimiliki daerahnya," kata dia.
Menurut dia, melalui pameran tersebut bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para pelaku usaha batu mulia lokal untuk menawarkan produk yang dihasilkan selama ini.
"Kami berharap pelaku usaha batu lokal bisa memberikan variasi produk, bukan hanya sebatas batu cincin untuk kalangan pria, namun dalam bentuk lain, misalnya cincin wanita, liontin, kalung, gelang, hiasan meja atau produk khas lainnya," kata dia.
Ia mengatakan, Kabupaten Bangka Barat kaya akan kandungan batu mulia kualitas kuarsa atau "quartz", seperti kinyang air, kinyang bensin, kinyang rambut, kinyang ungu atau bungur ungu yang biasanya bisa ditemukan di lokasi penambangan bijih timah.
Selain batu dengan tingkat kekerasan enam tersebut, ada juga batu dengan tingkat kekerasan tujuh hingga 7,5 yaitu jenis "tourmaline" hitam, hijau dan kemerah-merahan.
"Di daerah ini juga ditemukan batu jenis akik dengan tingkat kekerasan antara lima hingga enam, seperti jenis cempaka dan katilayu atau kristal getah. Kami harapkan ke depan para perajin bisa memberi sentuhan kreasi lain kekayaan sumber daya alam yang dimiliki sehingga memberikan nilai tambah yang lebih tinggi terhadap mineral sisa penambangan bijih timah tersebut," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015