Pangkalpinang (Antara Babel) - Petani di Pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), kesulitan memperoleh kayu untuk junjung atau penopang tanaman lada seiring hutan yang semakin berkurang di daerah itu.

"Saat ini, kami kesulitan untuk mengembangkan dan memperluas perkebunan lada, karena ketersediaan kayu untuk junjung tanaman lada semakin terbatas," kata salah seorang petani Desa Tempilang, Muhiddin di Pangkalpinang, Minggu.

Menurut dia, ketersediaan kayu junjung tanaman lada terbatas sebagai dampak perluasan perkebunan sawit oleh perusahaan perkebunan, sehingga keberadaan hutan semakin berkurang.

"Untuk mencari kayu yang kuat dan tahan lama untuk tanaman lada semakin sulit, sehingga sebagian petani terpaksa membeli kayu di pangkalan kayu," ujarnya.

Ia mengatakan, membeli kayu junjung akan menambah biaya pengelolaan tanaman lada. Harga kayu junjung Rp20 ribu per batang.

"Petani lada yang memiliki modal besar tentu masih bisa mengembangkan perkebunan lada ini, sementara petani yang kurang mampu tidak akan sanggup lagi mengembangkan tanaman menjalar ini," ujarnya.

Untuk mengantisipasi kesulitan petani memperoleh junjung lada ini, pemerintah daerah itu menyarankan petani untuk menggunakan junjung hidup jenis gamal, randu atau kapuk, karena memiliki batang yang lurus.

"Kami mendukung program pemerintah itu penggunaan kayu gamal untuk junjung lada, tetapi kenyataannya petani juga sulit memperoleh gamal hidup itu," kata Muhiddin.

Demikian juga, Bujang petani lada lainnya, mengaku membatasi menanam lada putih karena kesulitan mendapatkan kayu junjung tanaman lada itu.

"Pada tahun ini, saya hanya menanam 200 batang lada saja, dibandingkan tahun sebelumnya menanam 5.000 batang lada," ujarnya.

Menurut dia, saat ini modal berkebun lada semakin tinggi, sehingga petani semakin sulit mengembangkan komoditas ekspor ini.

"Saat ini, kondisi ekonomi sulit, apalagi harga sembako, alat pertanian dan perkebunan naik, sementara harga hasil perkebunan petani mengalami penurunan," ujarnya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015