Pangkalpinang (Antara Babel) - Kepala Bulog Subdivre Bangka Nur Untung Wahyudi, menyatakan beras plastik sangat rawan masuk dan beredar di Kepulauan Bangka Belitung (Babel), karena 80 persen beras di daerah itu didatangkan dari Pulau Jawa.

"Pemerintah daerah harus segera bertindak dan meningkatkan pengawasan beras plastik mengandung bahan sintetis ini karena peredaran beras ini sudah menimbulkan keresahan di masyarakat," kata Nur Untung Wahyudi di Pangkalpinang, Senin.

Ia menjelaskan, saat ini, hampir 80 persen kebutuhan beras masyarakat daerah ini dipasok dari Pulau Jawa, karena produksi padi petani lokal yang masih terbatas.

"Saat ini, peredaran beras plastik ini sudah meresahkan masyarakat karena beras ini dapat mengganggu saluran pencernaan, keracunan, kanker dan penyakit berbahaya lainnya," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, pihaknya berharap pemerintah provinsi, kabupaten/kota untuk segera melakukan sidak ke distributor, pedagang eceran beras di sejumlah pasar tradisional di daerah itu.

Selain itu, memperketat masuknya beras impor di sejumlah pelabuhan di daerah ini, untuk memastikan keberadaan beras tersebut.

"Kami siap membantu pemerintah daerah mengawasi peredaran beras plastik tersebut," ujarnya.

Namun demikian, kata dia, diimbau masyarakat untuk lebih teliti sebelum membeli atau memasak beras tersebut.

"Masyarakat harus mampu membedakan beras asli dengan beras berbahan plastik, misalnya jika digigit beras berbahan plastik tidak patah, sementara beras asli jika digigit akan patah karena beras asli mengandung tepung," ujarnya.

Selain itu, kata dia, beras plastik ini jika dipanaskan akan meleleh, sementara beras asli dipanaskan masih utuh atau berbentuk nasi. Beras plastik ini juga lebih mengkilat dan tidak menimbulkan bau yang khas beras asli.

"Jika beras asli jika direndam maka akan tenggelam, sementara beras palsu ini akan mengapung karena berbahan plastik," ujarnya.  

Pewarta: Aprionis

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015