Toboali (Antara Babel) - Nelayan tradisional di Desa Tukak Sadai, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengeluhkan harga kepiting yang turun drastis sehingga mereka sulit meningkatan pendapatan keluarga.

"Saat ini harga kepiting turun menjadi Rp80 ribu dari sebelumnya Rp200 ribu per kilogram," kata salah seorang nelayan kepiting, Jaya Effendi di Toboali, Senin.

Ia mengatakan, penurunan harga kepiting membuat nelayan merugi karena biaya melaut yang sangat tinggi.

"Hasil penjualan kepiting tidak sesuai lagi dengan biaya melaut yang terus mengalami kenaikan seiring naiknya harga kebutuhan melaut seperti bahan bakar, beras dan ransum untuk melaut lainnya," katanya.

Menurut dia, kalau harga kepiting terus mengalami penurunan maka nelayan akan beralih profesi karena menjadi nelayan kepiting tidak lagi menguntungkan untuk meningkatkan pendapatkan keluarga.

"Kami tidak mengetahui apa sebab turunnya harga kepiting karena selama ini harga ditentukan pihak perusahaan yang membeli kepiting ini," ujarnya.

Demikian juga Dedi, nelayan kepiting lainnya yang mengatakan harga kepiting terus mengalami penurunan sehingga banyak nelayan tidak lagi menangkap kepiting dan beralih menjadi buruh bangunan.

"Mau gimana lagi, untuk sementara terpaksa mencari pekerjaan lain karena menangkap kepiting tak lagi menguntungkan," kata dia.

Ia berharap Pemkab Bangka Selatan dapat memberikan solusi terkait permasalahan penurunan harga kepiting, karena pendapatan nelayan kepiting sudah tidak sesuai lagi dengan biaya hidup yang semakin tinggi.

"Kami berharap pemerintah daerah segera mencari solusi agar harga kepiting ini segera membaik sehingga nelayan tidak mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokok," harapnya.

Pewarta: Juniardi

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015