Koba, Babel, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mendorong nelayan untuk mengembangkan usaha pembudidayaan kepiting bakau dengan sistem "crab box".
"Kepiting bakau sistem crab box sangat cocok dikembangkan karena didukung dengan geografis daerah kita," kata Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman di Koba, Rabu.
Crab box merupakan sistem budidaya kepiting memanfaatkan wadah yang dijadikan semacam apartemen/kamar untuk pembesaran dan penggemukan kepiting bakau.
Bangka Tengah memiliki garis pantai sepanjang 195,68 kilo meter dengan kualitas air sangat baik, kuantitas perairan yang cukup dan dengan iklim atau musim yang baik.
Sedangkan luas lahan potensial untuk budi daya komoditas air payau mencapai 1.483,8 hektare dengan empat komoditas prioritas yaitu udang, kepiting, rumput laut dan lobster.
"Dengan potensi yang ada tersebut, maka target kami Bangka Tengah menjadi sentra kepiting bakau pada 2024," kata bupati.
Bupati mengatakan, seluruh atau enam kecamatan di daerah itu memiliki potensi untuk pengembangan usaha budi daya kepiting bakau sistem crab box.
"Kelebihan dari budi daya kepiting bakau sistem crab box ini adalah dari sisi biaya produksi lebih rendah dan keuntungan yang diperoleh bisa mencapai 50 persen dari biaya produksi," ujarnya.
Menurut bupati, budi daya kepiting bakau sistem apartemen box ini akan lebih mudah mengontrol siklusnya, mencegah prilaku saling membunuh dan pertumbuhan kepiting lebih maksimal.
"Kita mulai membudidayakannya di Penangkaran Penyu Desa Guntung, sekaligus sebagai percontohan untuk bisa ditiru dan dikembangkan di daerah potensial," ujarnya.