Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan Moskow akan mempertimbangkan tawaran dari Barat untuk membangun kembali hubungan dan menentukan apakah itu diperlukan.
Dalam sesi tanya jawab di sebuah acara di Moskow pada Senin (23/5), Lavrov mengatakan negara-negara Barat telah mendukung kebencian terhadap Rusia atau "russophobia" sejak Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina---yang digambarkan oleh Moskow sebagai "operasi militer khusus".
"Jika mereka (Barat) ingin menawarkan sesuatu dalam hal melanjutkan hubungan, maka kami akan mempertimbangkan dengan serius apakah kami akan membutuhkannya atau tidak," kata Lavrov, mengutip transkrip di situs Kementerian Luar Negeri Rusia.
Menurut dia, Rusia sedang berusaha untuk menggantikan barang-barang yang diimpor dari negara-negara Barat dan di masa depan, hanya akan bergantung pada negara-negara "yang dapat diandalkan" yang tidak terikat pada Barat.
Lavrov menyampaikan keluhan terhadap negara-negara Barat yang katanya bertekad untuk mengubah aturan hubungan internasional yang merugikan Rusia.
"Kita harus berhenti bergantung dengan cara apa pun pada pasokan segala sesuatu dari Barat untuk memastikan pengembangan sektor-sektor yang sangat penting bagi keamanan, ekonomi, atau lingkungan sosial tanah air kita," ujar dia.
Membenarkan tindakannya, Moskow mengatakan serangannya berusaha untuk mendemiliterisasi Ukraina setelah apa yang digambarkannya sebagai kudeta yang diilhami Barat pada tahun 2014 yang mewujudkan nasionalisme ekstrem dan mengusir presiden yang bersahabat dengan Rusia.
Lavrov mengatakan tujuan Moskow sekarang adalah untuk lebih mengembangkan hubungan dengan China.
"Sekarang Barat telah mengambil 'posisi diktator', hubungan ekonomi kami dengan China akan tumbuh lebih cepat," kata Lavrov.
"Selain pendapatan langsung untuk anggaran negara, ini adalah kesempatan untuk mengembangkan (Rusia) bagian timur jauh dan timur Siberia."
China, kata dia, memiliki teknologi informasi dan komunikasi "yang sama sekali tidak kalah dengan Barat.
"Banyak hal di sini akan memastikan keuntungan bersama," tutur dia.
Lavrov mengatakan Rusia akan mengandalkan "hanya diri kita sendiri dan negara-negara yang telah membuktikan diri mereka dapat diandalkan".
"Jika negara-negara Barat berubah pikiran dan mengusulkan beberapa bentuk kerja sama, maka kita dapat memutuskan," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
Dalam sesi tanya jawab di sebuah acara di Moskow pada Senin (23/5), Lavrov mengatakan negara-negara Barat telah mendukung kebencian terhadap Rusia atau "russophobia" sejak Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina---yang digambarkan oleh Moskow sebagai "operasi militer khusus".
"Jika mereka (Barat) ingin menawarkan sesuatu dalam hal melanjutkan hubungan, maka kami akan mempertimbangkan dengan serius apakah kami akan membutuhkannya atau tidak," kata Lavrov, mengutip transkrip di situs Kementerian Luar Negeri Rusia.
Menurut dia, Rusia sedang berusaha untuk menggantikan barang-barang yang diimpor dari negara-negara Barat dan di masa depan, hanya akan bergantung pada negara-negara "yang dapat diandalkan" yang tidak terikat pada Barat.
Lavrov menyampaikan keluhan terhadap negara-negara Barat yang katanya bertekad untuk mengubah aturan hubungan internasional yang merugikan Rusia.
"Kita harus berhenti bergantung dengan cara apa pun pada pasokan segala sesuatu dari Barat untuk memastikan pengembangan sektor-sektor yang sangat penting bagi keamanan, ekonomi, atau lingkungan sosial tanah air kita," ujar dia.
Membenarkan tindakannya, Moskow mengatakan serangannya berusaha untuk mendemiliterisasi Ukraina setelah apa yang digambarkannya sebagai kudeta yang diilhami Barat pada tahun 2014 yang mewujudkan nasionalisme ekstrem dan mengusir presiden yang bersahabat dengan Rusia.
Lavrov mengatakan tujuan Moskow sekarang adalah untuk lebih mengembangkan hubungan dengan China.
"Sekarang Barat telah mengambil 'posisi diktator', hubungan ekonomi kami dengan China akan tumbuh lebih cepat," kata Lavrov.
"Selain pendapatan langsung untuk anggaran negara, ini adalah kesempatan untuk mengembangkan (Rusia) bagian timur jauh dan timur Siberia."
China, kata dia, memiliki teknologi informasi dan komunikasi "yang sama sekali tidak kalah dengan Barat.
"Banyak hal di sini akan memastikan keuntungan bersama," tutur dia.
Lavrov mengatakan Rusia akan mengandalkan "hanya diri kita sendiri dan negara-negara yang telah membuktikan diri mereka dapat diandalkan".
"Jika negara-negara Barat berubah pikiran dan mengusulkan beberapa bentuk kerja sama, maka kita dapat memutuskan," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022