Metode membaca nyaring atau read aloud menjadi salah satu metode yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan minat membaca anak sedari dini.
Founder Reading Bugs dan Penasehat Read Aloud Indonesia (RAI) Roosie Setiawan menjelaskan, membaca bukanlah proses alami sehingga membutuhkan proses belajar. Kemampuan membaca harus disiapkan sedini mungkin karena 90 persen perkembangan otak kritis terjadi dalam lima tahun pertama kehidupan.
"Oleh sebab itu, membaca perlu diajarkan secara eksplisit. Anak-anak perlu mempelajari berbagai unsur yang dibutuhkan untuk membaca, terutama belajar berbagai bunyi dalam bahasa lisan sehingga mampu menghubungkan bunyi itu dengan huruf tertulis dan membuat makna. Inilah letak (pentingnya) read aloud," jelas Roosie dalam sebuah webinar, dikutip Minggu.
Dalam meningkatkan minat baca dan membangun budaya literasi di lingkungan sekolah, Roosie mengatakan guru memiliki peran yang sangat penting. Menurutnya, guru dapat menggunakan metode Interactive Read Aloud (IRA) sebagai alat untuk perkembangan bahasa siswa.
Struktur IRA terbagi menjadi lima bagian meliputi Perkenalan Teks, Membaca Teks, Mendiskusikan Teks, Tinjau Kembali Teks (Opsional), Menanggapi Teks (Opsional).
"Guru membacakan nyaring buku-buku yang disukai siswa. Metode read aloud ini juga bisa digunakan untuk siswa belajar membaca, bahkan yang gemar membaca. Selain itu, read aloud juga melatih keterampilan menyimak dan untuk membangun kedekatan dengan siswa,” ujar Roosie.
Untuk menguasai metode read aloud, penggerak Reading Bugs yang juga penasehat RAI Ihdinal Hikmatin Tajdidah mengatakan ada tiga tahapan yang harus diperhatikan yakni persiapan, saat memulai dan selama kegiatan, serta sesudah kegiatan.
Tahap persiapan menyangkut empat hal yakni menetapkan tujuan pembacaan, memilih bahan bacaan, membaca kembali, dan merencanakan tanggapan.
“Persiapan merupakan tahap terpenting dalam mempraktikkan metode read aloud. Contohnya panjang teks dan bacaan yang nyaman untuk kita baca, menjadi pertimbangan penting dalam memilih bahan bacaan,” tutur Dina.
Selanjutnya, tahapan saat dan selama kegiatan dimulai dengan membaca informasi latar bacaan, memperhatikan intonasi, kecepatan, dan penekanan kata, serta melakukan interaksi gestur. Kemudian, tahapan sesudah melakukan kegiatan ditutup dengan diskusi.
Founder Rumah Guru BK serta Widyaiswara Kemendikbud Ristek RI Ana Susanti menambahkan, tenaga pendidik perlu memiliki kepekaan bahwa membaca merupakan kunci sukses belajar dan menjadi budaya.
Guru juga harus berani memulai inisiatif kegiatan bersama untuk meningkatkan minat baca. Selain itu, perlu ada tindakan nyata berupa teladan mengkampanyekan membaca terkait buku di sekolah serta berbagi praktik baik.
“Mari kita bersama-sama mensosialisasikan metode read aloud kepada lingkungan sekolah dan lingkungan terdekat untuk meningkatkan minat baca, serta menumbuhkan budaya literasi yang baik,” ujar Ana.
Sebagai informasi, tingkat literasi membaca di Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Menurut laman Kemendikbud.go.id, hasil studi PISA 2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca meraih skor rata-rata yakni 371, di bawah rata-rata skor OECD yakni 487. Studi yang dilakukan tahun 2018 itu diikuti oleh murid-murid berusia 15 tahun dari 79 negara di seluruh dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
Founder Reading Bugs dan Penasehat Read Aloud Indonesia (RAI) Roosie Setiawan menjelaskan, membaca bukanlah proses alami sehingga membutuhkan proses belajar. Kemampuan membaca harus disiapkan sedini mungkin karena 90 persen perkembangan otak kritis terjadi dalam lima tahun pertama kehidupan.
"Oleh sebab itu, membaca perlu diajarkan secara eksplisit. Anak-anak perlu mempelajari berbagai unsur yang dibutuhkan untuk membaca, terutama belajar berbagai bunyi dalam bahasa lisan sehingga mampu menghubungkan bunyi itu dengan huruf tertulis dan membuat makna. Inilah letak (pentingnya) read aloud," jelas Roosie dalam sebuah webinar, dikutip Minggu.
Dalam meningkatkan minat baca dan membangun budaya literasi di lingkungan sekolah, Roosie mengatakan guru memiliki peran yang sangat penting. Menurutnya, guru dapat menggunakan metode Interactive Read Aloud (IRA) sebagai alat untuk perkembangan bahasa siswa.
Struktur IRA terbagi menjadi lima bagian meliputi Perkenalan Teks, Membaca Teks, Mendiskusikan Teks, Tinjau Kembali Teks (Opsional), Menanggapi Teks (Opsional).
"Guru membacakan nyaring buku-buku yang disukai siswa. Metode read aloud ini juga bisa digunakan untuk siswa belajar membaca, bahkan yang gemar membaca. Selain itu, read aloud juga melatih keterampilan menyimak dan untuk membangun kedekatan dengan siswa,” ujar Roosie.
Untuk menguasai metode read aloud, penggerak Reading Bugs yang juga penasehat RAI Ihdinal Hikmatin Tajdidah mengatakan ada tiga tahapan yang harus diperhatikan yakni persiapan, saat memulai dan selama kegiatan, serta sesudah kegiatan.
Tahap persiapan menyangkut empat hal yakni menetapkan tujuan pembacaan, memilih bahan bacaan, membaca kembali, dan merencanakan tanggapan.
“Persiapan merupakan tahap terpenting dalam mempraktikkan metode read aloud. Contohnya panjang teks dan bacaan yang nyaman untuk kita baca, menjadi pertimbangan penting dalam memilih bahan bacaan,” tutur Dina.
Selanjutnya, tahapan saat dan selama kegiatan dimulai dengan membaca informasi latar bacaan, memperhatikan intonasi, kecepatan, dan penekanan kata, serta melakukan interaksi gestur. Kemudian, tahapan sesudah melakukan kegiatan ditutup dengan diskusi.
Founder Rumah Guru BK serta Widyaiswara Kemendikbud Ristek RI Ana Susanti menambahkan, tenaga pendidik perlu memiliki kepekaan bahwa membaca merupakan kunci sukses belajar dan menjadi budaya.
Guru juga harus berani memulai inisiatif kegiatan bersama untuk meningkatkan minat baca. Selain itu, perlu ada tindakan nyata berupa teladan mengkampanyekan membaca terkait buku di sekolah serta berbagi praktik baik.
“Mari kita bersama-sama mensosialisasikan metode read aloud kepada lingkungan sekolah dan lingkungan terdekat untuk meningkatkan minat baca, serta menumbuhkan budaya literasi yang baik,” ujar Ana.
Sebagai informasi, tingkat literasi membaca di Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Menurut laman Kemendikbud.go.id, hasil studi PISA 2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca meraih skor rata-rata yakni 371, di bawah rata-rata skor OECD yakni 487. Studi yang dilakukan tahun 2018 itu diikuti oleh murid-murid berusia 15 tahun dari 79 negara di seluruh dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022