Sydney (Antara Babel) - Pihak berwenang Australia yang tengah mencari
pesawat hilang Malaysia Airlines mengakui hari ini telah kehilangan
detektor sonar laut dalam yang digunaakan untuk menyisir bagian lantai
samudera di mana pesawat itu diyakini terdampar hampir dua tahun silam.
Malaysia Airlines Penerbangan MH370 hilang dengan mengangkut 239 orang dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing pada Maret 2014, yang kemudian memicu salah satu misteri terbesar dalam sejarah penerbangan.
Sabtu pekan lalu, sebuah bagian dari puing pesawat ditemukan di lepas pantai timur Thailand selatan, namun para pakar penerbangan dan para pejabat Thai meyakini itu hukan milik MH370.
Sebuah bagian pesawat juga ditemukan terdampar di Pulau Reunion milik Prancis di Samudera Hindia pada Juli 2015, namun tidak ditemukan jejak lebih jauh.
Pencarian dengan menggunakan detektor sonar yang disebut Towfish (derek ikan) ini memokuskan pencarian ke area seluas 120.000 km per segi di lantai samudera di Samudera Hindia selatan.
"Towfish ini menabrak lumpur gunung berapi (bawah laut) yang muncul pada 2.200 meter dari dasar samudera yang mengakibatkan kabel derek pada wahana itu terputus," kata Pusat Koordinasi Bersama (JACC).
Insiden ini terjadi Minggu. "Towfish dan 4.500 meter kabel itu menjadi terpisah dari wahana dan kini terdampar di lantai samudera," kata JACC.
Derek itu menyisir 100 meter di atas lantai samudera dengan mengirimkan bunyi gelombang secara diagonal di sepanjang jalur medan maha luas untuk menghasilkan citra puing di dasar samudera.
Belum lama bulan ini, JACC mengulangi tekadnya menuntaskan penyisiran lantai samudera sampai akhir Junin dan menepis perluasan area pencarian tanpa konfirmasi baru mengenai lokasi pesawat.
Senin ini JACC tidak mengatakan apakah hilangnya Towfish akan menunda kerangka waktu pencarian yang dipimpin Australia itu yang disebut sebagai salah satu pencarian paling mahal yang pernah dilakukan, Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
Malaysia Airlines Penerbangan MH370 hilang dengan mengangkut 239 orang dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing pada Maret 2014, yang kemudian memicu salah satu misteri terbesar dalam sejarah penerbangan.
Sabtu pekan lalu, sebuah bagian dari puing pesawat ditemukan di lepas pantai timur Thailand selatan, namun para pakar penerbangan dan para pejabat Thai meyakini itu hukan milik MH370.
Sebuah bagian pesawat juga ditemukan terdampar di Pulau Reunion milik Prancis di Samudera Hindia pada Juli 2015, namun tidak ditemukan jejak lebih jauh.
Pencarian dengan menggunakan detektor sonar yang disebut Towfish (derek ikan) ini memokuskan pencarian ke area seluas 120.000 km per segi di lantai samudera di Samudera Hindia selatan.
"Towfish ini menabrak lumpur gunung berapi (bawah laut) yang muncul pada 2.200 meter dari dasar samudera yang mengakibatkan kabel derek pada wahana itu terputus," kata Pusat Koordinasi Bersama (JACC).
Insiden ini terjadi Minggu. "Towfish dan 4.500 meter kabel itu menjadi terpisah dari wahana dan kini terdampar di lantai samudera," kata JACC.
Derek itu menyisir 100 meter di atas lantai samudera dengan mengirimkan bunyi gelombang secara diagonal di sepanjang jalur medan maha luas untuk menghasilkan citra puing di dasar samudera.
Belum lama bulan ini, JACC mengulangi tekadnya menuntaskan penyisiran lantai samudera sampai akhir Junin dan menepis perluasan area pencarian tanpa konfirmasi baru mengenai lokasi pesawat.
Senin ini JACC tidak mengatakan apakah hilangnya Towfish akan menunda kerangka waktu pencarian yang dipimpin Australia itu yang disebut sebagai salah satu pencarian paling mahal yang pernah dilakukan, Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016