Sebanyak 150 murid sekolah dasar (SD) dari keluarga kurang mampu di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menerima bantuan peralatan sekolah dari pemerintah setempat.
Kepala Dinas Pendidikan Belitung Timur, Sarjono di Manggar, Rabu, mengatakan bantuan peralatan sekolah itu berupa sepatu, tas, buku, alat tulis dan seragam lengkap dengan atributnya dengan nilai uang Rp1 juta per murid.
"Bantuan peralatan sekolah ini memang sasarannya adalah anak dari keluarga kurang mampu, yatim/piatu dan untuk anak yang terancam putus sekolah," katanya.
Bantuan peralatan sekolah bagi 150 pelajar SD yang tersebar pada beberapa kecamatan itu juga realisasi dari program "yuk sekula" (ayo sekolah) dalam rangka menekan angka putus sekolah dan meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM).
"Ini bagian dari pencegahan kita bagi anak yang rentan putus sekolah, juga untuk meringankan beban ekonomi keluarga," ujarnya.
Sarjono juga mengatakan, untuk siswa yang sudah terlanjur putus sekolah diarahkan mengikuti Program Pendidikan Kesetaraan, baik melalui Program Paket A, B maupun C.
"Untuk SPNS SKB kita sudah resmi, kita sudah resmi mempunyai nomor pokok nasional. Insyallah untuk pendidikan kesetaraan akan kita mulai tahun ajaran baru ini,” ujar Sarjano.
Sarjono mengatakan, rata-rata lama sekolah penduduk Belitung Timur berada di angka 8 tahun dan dengan program yuk sekula diharapkan dapat meningkat menjadi 9 tahun.
Program yuk sekula, menurut Sarjono, lebih kepada penguatan sosialisasi tentang pendidikan, ajakan dan pemberian pemahaman kepada orang tua agar memiliki tekad dan semangat untuk mendidik anaknya.
"Program yuk sekula ini sudah kita jalankan dalam beberapa tahun ini, tentu terus digencarkan karena juga bertujuan untuk menekan angka putus sekolah," katanya.
Sarjono mengatakan, hingga sekarang angka putus atau drop out di Belitung Timur tercatat untuk tingkat SMP sebanyak 120 siswa dan tingkat SMA sebanyak 160 siswa.
"Penyebab putus sekolah adalah ketidakmauan dari siswa itu sendiri, karena kebanyakan sudah biasa memegang uang banyak sehingga tidak ada hasrat untuk bersekolah," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022