Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama pengurus Koperasi Energi Terbarukan Indonesia (Kopetindo) sebagai calon investor industri pelet kayu melakukan kajian untuk menentukan rencana lokasi pabrik dan lahan pendukung produksi lainnya.

"Untuk menanamkan modal dalam industri pelet kayu ini membutuhkan proses panjang karena kita butuh kajian lebih dalam, baik dari sisi lokasi, uji ekonomi, sosial dan budaya agar tidak terjadi benturan dalam menjalankan menjalankan usaha yang akan dilakukan investor," kata Kepala Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangka Barat Yuwanda Eka Putra di Mentok, Senin.

Menurut dia, Kopetindo sebagai calon investor selama ini dinilai cukup serius untuk melakukan usaha di Bangka Barat, bahkan beberapa hari lalu telah bertemu langsung dengan Bupati Sukirman untuk membahas rencana tersebut.

"Kopetindo sudah audiensi dengan bupati, setelah itu mereka melakukan presentasi di hadapan Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming bersama tim investasi dari beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait," katanya.

Selanjutnya, kata dia, komunikasi dan koordinasi terus dilakukan kedua belah pihak dan saat ini Pemkab Bangka Barat masih menunggu tahapan Kopetindo untuk menetapkan lokasi investasi.

Menurut dia, investasi tidak hanya sebatas pada pembangunan pabrik pelet kayu, namun juga rencana kerja sama dengan masyarakat untuk menanam tanaman yang akan menjadi bahan baku industri tersebut.

"Dengan kondisi seperti ini, tidak mungkin kita akan berjalan dengan cepat karena masih membutuhkan beberapa pertimbangan melalui kajian yang sedang berjalan, antara lain lokasi pabrik, prospek ekonomi, dampak sosial dan budaya atas rencana investasi mereka," katanya.

Namun, menurut Yuwanda, berdasarkan komunikasi dan koordinasi yang berjalan selama ini pihaknya menilai calon investor ini cukup serius untuk menanamkan modalnya di Bangka Barat.

Sebelumnya, Bupati Bangka Barat Sukirman berpesan agar pengurus Kopetindo dapat menyediakan data yang valid terkait potensi dan prospek pasar kemudian disampaikan kepada masyarakat.

"Memang benar kondisi tanah di Bangka Barat sangat menunjang, akan tetapi pasar yang harus kita pikirkan kembali, dan kita minta pihak koperasi dapat memastikan dan menyampaikan informasi secara menyeluruh ke masyarakat agar jika nantinya berjalan tidak terjadi kendala yang pada akhirnya merugikan masyarakat," katanya.

Pemerintah Bangka Barat mendukung rencana tersebut, namun perlu mengedepankan prinsip kehati-hatian agar kerja sama yang akan dilakukan benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat dan daerah.

Pelet kayu merupakan salah satu jenis bahan bakar alternatif baru yang ramah lingkungan sebagai pengganti batu bara. Ada beberapa jenis pohon yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pelet kayu, antara lain pohon akasia, calitus dan kenaf.

Tanaman kenaf (Hibicus Cannabinus) merupakan tumbuhan jenis semak yang tingginya bisa mencapai tiga meter, jenis tanaman semak ini mudah hidup di lahan bekas tambang bijih timah.

Kopetindo melirik potensi ini karena di Bangka Barat banyak terdapat lahan bekas tambang bijih timah yang selama ini dibiarkan untuk ditanami tumbuhan kenaf dengan memberdayakan masyarakat setempat.

Selain potensi alam itu, keberadaan pelabuhan Tanjungular yang telah selesai pembangunannya pada akhir 2022 juga menjadi salah satu pertimbangan Kopetindo berinvestasi di Bangka Barat, karena keberadaan pelabuhan itu akan memudahkan dalam pengiriman barang produksi.

Pelet kayu produksi Indonesia memilik pasar cukup terbuka di Jepang dan Korsel, selain untuk bahan bakar pengganti batu bara, dari produk ini juga bisa dikembangkan untuk bahan baku barang industri lain, seperti bahan doortrim dan dashboard mobil.

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023