Pj Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Suganda Pandapotan Pasaribu menilai rendahnya pendidikan masyarakat dapat memicu kasus stunting (gagal tumbuh).
"Tingkat pendidikan yang rendah membuat angka perkawinan usia anak meningkat, berujung pada pola asuh yang salah dan memicu stunting," katanya saat meninjau lokus stunting atau rumah warga yang terindikasi gizi buruk di Desa Senyubuk, Kecamatan Kelapa Kampit, Selasa.
Kekeliruan pola asuh ini menurut Suganda lantaran banyak masyarakat yang hanya mengenyam pendidikan dasar dan bahkan di rata-rata nasional tingkat pendidikan warga Babel masih cukup rendah.
"Jadi stunting di kita ini anomali ya, kan selalu kita dengar bahwa warga stunting kekurangan asupan gizi dan sebagainya, tapi beberapa hal setelah kita lihat di lapangan tadi, bahwa dari sisi ekonomi berasal dari keluarga mampu, artinya ada pola asuh yang keliru,” ujarnya.
Justeru itu kata dia perlu dilakukan intervensi ke de pannya dan kalau tingkat pendidikan tinggi mereka tidak akan menikah di usia dini.
"Mungkin secara ekonomi dia mampu, namun secara pola pikir dia belum mampu,” kata Suganda.
Pemprov Babel menargetkan angka stunting pada 2023 turun sesuai target nasional yakni di angka 14 persen. Saat ini angka stunting di Provinsi Babel masih mencapai 18,5 persen.
"Target kita mengikuti secara nasional yakni 14 persen, sekarang kita masih 18,5 persen,” ujar Suganda.
Untuk strategi penurunan stunting, Pemprov Babel sudah menggandeng seluruh pemangku kepentingan, baik kader posyandu, perangkat di tingkat desa, hingga kecamatan dan kabupaten.
"Para pemangku kepentingan ini dihimbau untuk terus melakukan pendampingan terhadap keluarga stunting," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023