Muntok (Antara Babel) - Bupati Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Parhan Ali, mengajak generasi muda di daerah itu menjaga tradisi perang ketupat untuk pelestarian warisan leluhur yang memiliki nilai kearifan lokal tinggi.

"Rangkaian tradisi perang ketupat yang dilaksanakan sekitar satu minggu sebelum puasa Ramadhan setiap tahunnya memiliki makna membersihkan diri dan lingkungan dari berbagai pengaruh negatif," katanya di Muntok, Selasa.

Menurut dia, pesta adat perang ketupat harus dimaknai secara mendalam, bukan hanya pada saat gebyar perayaannya.

"Selain besarnya nilai kearifan lokal, tradisi ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal, nasional, dan internasional," katanya.

Sebagai upaya pelestarian tradisi tersebut, pemerintah menetapkan perang ketupat sebagai salah satu agenda tahunan pesta adat dan budaya Kabupaten Bangka Barat.

Pemerintah juga terus membantu meningkatkan kemasan penyajian agar semakin menarik dan mampu menyedot banyak pengunjung setiap tahunnya.

Ia mengatakan agenda pesta adat perang ketupat saat ini sudah terdaftar dalam agenda nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda sehingga berpotensi menjadi destinasi wisata andalan daerah itu.

"Kami berharap generasi muda tetap menjaga budaya adat perang ketupat, jangan sampai hilang ditelan kemajuan zaman," kata dia.

Perang ketupat yang digelar setiap tahun oleh masyarakat Tempilang dengan puncak acara saling melempar ketupat di pinggir Pantai Pasirkuning Tempilang, diyakini mampu meningkatkan perekonomian warga di daerah itu.

"Tradisi tersebut cukup unik dan tidak dijumpai di daerah lain, hanya perlu meningkatkan kemasan penyajiannya agar lebih cantik dan menarik wisatawan. Kami yakin ke depan akan semakin bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat," kata dia.

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016