BPBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyatakan konflik antara masyarakat dengan buaya di Kepulauan Babel mengalami peningkatan, sebagai dampak kerusakan lingkungan habitat buaya tersebut.
"Dalam dua tahun terakhir ini, kasus konflik antara orang dengan buaya meningkat," kata Kepala BPBD Provinsi Kepulauan Babel Mikron Antariksa di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan konflik antara orang dengan buaya banyak terjadi di daerah-daerah rawan banjir selama musim hujan, dimana disaat banjir buaya masuk ke pemukiman dan menyerang warga korban banjir tersebut.
"Kami memang tidak mendata kasus konflik warga dengan buaya ini, karena tidak termasuk dalam kebencanaan alam tetapi konflik akibat kerusakan lingkungan, namun demikian kami terus mendapatkan laporan atas kejadian-kejadian serangan buaya yang meningkat dari tahun ke tahun," ujarnya.
Misalnya, kasus serangan buaya kepada nelayan yang sedang menjaring ikan di sungai beberapa waktu, dimana tangan kanan korban harus diamputasi akibat gigitan buaya tersebut.
"Kemarin juga ada buaya masuk kolong rumah warga di Pangkalbalam dan hal-hal ini harus diwaspadai serta disikapi bersama-sama secara bijak," katanya.
Ia menyatakan dalam mewaspadai serangan buaya ini, BPBD telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA dan pengembang-pengembang perumahan di daerah ini.
"Saat ini rawa-rawa tempat bersarang buaya ini sudah banyak menjadi perumahan, sehingga habitat buaya ini semakin terdesak dan akhirnya hewan ini masuk ke pemukiman dan menyerang warga," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
"Dalam dua tahun terakhir ini, kasus konflik antara orang dengan buaya meningkat," kata Kepala BPBD Provinsi Kepulauan Babel Mikron Antariksa di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan konflik antara orang dengan buaya banyak terjadi di daerah-daerah rawan banjir selama musim hujan, dimana disaat banjir buaya masuk ke pemukiman dan menyerang warga korban banjir tersebut.
"Kami memang tidak mendata kasus konflik warga dengan buaya ini, karena tidak termasuk dalam kebencanaan alam tetapi konflik akibat kerusakan lingkungan, namun demikian kami terus mendapatkan laporan atas kejadian-kejadian serangan buaya yang meningkat dari tahun ke tahun," ujarnya.
Misalnya, kasus serangan buaya kepada nelayan yang sedang menjaring ikan di sungai beberapa waktu, dimana tangan kanan korban harus diamputasi akibat gigitan buaya tersebut.
"Kemarin juga ada buaya masuk kolong rumah warga di Pangkalbalam dan hal-hal ini harus diwaspadai serta disikapi bersama-sama secara bijak," katanya.
Ia menyatakan dalam mewaspadai serangan buaya ini, BPBD telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BKSDA dan pengembang-pengembang perumahan di daerah ini.
"Saat ini rawa-rawa tempat bersarang buaya ini sudah banyak menjadi perumahan, sehingga habitat buaya ini semakin terdesak dan akhirnya hewan ini masuk ke pemukiman dan menyerang warga," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024