Mengonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah banyak bisa menimbulkan kecemasan menurut seorang ahli neuropsikofarmakologi dengan spesialisasi efek alkohol pada otak di Imperial College London. 

"Hampir setiap orang yang meminum alkohol akan mengalami perubahan pada otak mereka ketika mereka berhenti mengonsumsi alkohol," kata David Nutt, ahli neuropsikofarmakologi dengan spesialisasi efek alkohol pada otak di Imperial College London, sebagaimana dikutip National Geograpic.

"Saat minum dalam jumlah sedikit mungkin manifestasinya kebingungan, tetapi setelah minum dalam kuantitas besar Anda bisa mengalami kecemasan," kata penulis Drink? The New Science of Alcohol and Your Health itu.

Kecemasan, yang wujudnya pada sejumlah orang bisa berupa rasa mudah tersinggung ketimbang kekhawatiran berlebihan, dapat terjadi bersama gejala mabuk yang lain atau muncul sendiri menurut Edwin Kim, direktur medis di pusat psikiatri untuk penanganan kecanduan di University of Pennsylvania.

"Itu bisa terjadi pada orang yang umumnya tidak mudah cemas dan tanpa diagnosis kecemasan formal," katanya.

Kecemasan yang muncul setelah minum minuman beralkohol bisa dilacak dari mengapa banyak orang minum, yakni untuk menenangkan kecemasan sosial mereka, kata Nutt.

Menurut para ahli, alkohol mempengaruhi bahan kimia untuk persinyalan otak atau neurotransmitter yang disebut gamma-aminobutyric acid (GABA), yang berperan penting dalam tidur, relaksasi, dan penenangan sistem syaraf pusat.

Alkohol bisa memicu efek serupa dengan mengikat protein di dalam otak yang biasanya berinteraksi dengan GABA.

Ketika alkohol meningkatkan kerja GABA, jumlah neurotransmitter yang diproduksi secara alami oleh tubuh mulai menurun.

"Jika alkohol dibersihkan sebelum GABA diatur ulang, Anda akan merasakan kecemasan yang Anda alami sebelumnya, dan terkadang lebih dari itu," kata Nutt.

"Sekarang Anda mungkin merasa cemas bahkan ketika Anda tidak sedang berada dalam situasi sosial," katanya.

Bahan kimia otak lain yang disebut glutamat bisa semakin meningkatkan kecemasan. Glutamat adalah neurotransmitter rangsang yang bekerja untuk meningkatkan aktivitas dan tingkat energi. 

Namun, peningkatan GABA menurunkan dampak sinyal glutamat di otak. Untuk mengimbangi penurunan ini, otak memproduksi reseptor glutamat tambahan seiring waktu berjalan.

Ketika kadar alkohol turun setelah seseorang berhenti minum, kelebihan sinyal glutamat menciptakan keadaan energi tinggi dan kecemasan tinggi untuk sementara.
 

Pewarta: Fitra Ashari

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024