Pangkalpinang (Antara Babel) - Masyarakat Desa Kimak, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengembangkan teh dari pucuk pelawan guna tingkatkan perekonomian desa.

"Kini masyarakat banyak beralih mengembangkan teh pucuk pelawan karena timah sudah tidak bisa diharapkan lagi. Sebagai selingan atau menunggu panen perkebunan, masyarakat mengolah pucuk pelawan jadi teh," kata Ketua Kelomok Tani Sutra Ungu Desa Kimak Bujung di Pangkalpinang, Selasa.

Di Desa Kimak, kata dia, terdapat banyak pohon pelawan dan bunganya sering berguguran dan dibuang percuma.

Masyarakat Desa Kimak yang tergabung dalam Kelompok Tani Sutra Ungu memanfaatkan pucuk pelawan jadi teh serbuk yang banyak mengadung manfaat.

"Awalya bunga pelawan yang beguguran dibuang dan dianggap sampah. Namun, sekarang menjadi bermanfaat dan memiliki nilai jual karena baik untuk kesehatan," jelasnya.

Bujung menjelaskan bahwa pembuatannya mengandalkan teriknya matahari. Setelah pucuk dan bunga pelawan dihancur kasar, lalu dijemur di bawah sinar matahari hingga kering.

"Setelah kering, teh dikemas di tempat yang higienis dan dijual dengan harga ekonomis," jelasnya.

Ia mengatakan bahwa teh pucuk pelawan bermanfaat untuk kesehatan, yaitu untuk menurunkan kolesterol, darah tinggi, dan meningkatkan kebugaran, serta dapat mengobati berbagai penyakit.

Pelawan, lanjut dia, adalah nama pohon endemik di kawasan Bangka Belitung, bahkan di Kabupaten Bangka Tengah terdapat hutan pelawan yang dilindungi oleh Pemerintah.

"Pohon pelawan sebenarnya membawa berkah bagi penduduk Bangka Belitung karena selain bisa dibuat teh, pohon ini juga bisa menghasilkan produk lokal berupa kulat dan madu pelawan khas Babel yang rasanya pahit bercampur manis karena bersumber dari sari bunga pelawan," katanya.

Pewarta: Septi Artiana

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016