Lubuk Basung (Antara Babel) - Sebanyak 100 ton ikan milik petani di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mati mendadak akibat keracunan sulfur (tubo belerang) dan angin kencang yang melanda daerah itu pada Jumat (26/8).
"Ini data yang kita peroleh dari pemilik keramba jaring apung di Sigiran, Linggai, Panta, Sungai Tampang dan lainnya," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Agam Ermanto di Lubuk Basung, Senin.
Ikan jenis nila dan majalaya yang mati itu telah siap panen dan tersebar pada ratusan petak keramba jaring apung milik 20 petani.
Akibat kejadian itu, petani mengalami kerugian sekitar Rp1,9 miliar dengan harga ikan di tingkat petani Rp19.000 per kilogram.
Agam menambahkan ikan mulai mati mendadak semenjak Jumat (26/8) akibat tubo belerang dan curah hujan tinggi disertai angin kencang yang melanda daerah itu semenjak Rabu (24/8).
Kedua peristiwa itu membuat oksigen di air berkurang yang mengakibatkan ikan mati mendadak dalam tempo beberapa jam.
Untuk mengatasi kerugian yang cukup banyak, ia mengimbau kepada petani untuk panen secara dini ikan yang siap panen.
Selain itu, petani juga disarankan mengurangi tebar benih ikan dari 10.000 ekor per petak dengan ukuran 5x5 meter menjadi 2.000 per petak dan mengurangi pemberian pakan.
"Ini yang harus dilakukan petani agar mereka tidak mengalami kerugian cukup besar," katanya.
Salah seorang petani Muldini mengatakan sudah memanen ikan agar tidak mengalami kerugian lebih besar.
"Saya mengalami kerugian sekitar Rp19 juta setelah satu ton ikan milik saya mati mendadak pada Jumat siang," katanya.
Petani di kawasan Danau Maninjau juga pernah mengalami musibah yang sama pada Januari dan Februari 2016.
Penyuluh Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Agam pada Februari 2016 mencatat sedikit-dikitnya 30 ton ikan budidaya karamba jaring apung mati akibat angin kencang yang menerpa permukaan air danau yang menyebabkan naiknya sisa pakan ikan dari dasar danau ke permukaan sehingga kadar oksigen berkurang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
"Ini data yang kita peroleh dari pemilik keramba jaring apung di Sigiran, Linggai, Panta, Sungai Tampang dan lainnya," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Agam Ermanto di Lubuk Basung, Senin.
Ikan jenis nila dan majalaya yang mati itu telah siap panen dan tersebar pada ratusan petak keramba jaring apung milik 20 petani.
Akibat kejadian itu, petani mengalami kerugian sekitar Rp1,9 miliar dengan harga ikan di tingkat petani Rp19.000 per kilogram.
Agam menambahkan ikan mulai mati mendadak semenjak Jumat (26/8) akibat tubo belerang dan curah hujan tinggi disertai angin kencang yang melanda daerah itu semenjak Rabu (24/8).
Kedua peristiwa itu membuat oksigen di air berkurang yang mengakibatkan ikan mati mendadak dalam tempo beberapa jam.
Untuk mengatasi kerugian yang cukup banyak, ia mengimbau kepada petani untuk panen secara dini ikan yang siap panen.
Selain itu, petani juga disarankan mengurangi tebar benih ikan dari 10.000 ekor per petak dengan ukuran 5x5 meter menjadi 2.000 per petak dan mengurangi pemberian pakan.
"Ini yang harus dilakukan petani agar mereka tidak mengalami kerugian cukup besar," katanya.
Salah seorang petani Muldini mengatakan sudah memanen ikan agar tidak mengalami kerugian lebih besar.
"Saya mengalami kerugian sekitar Rp19 juta setelah satu ton ikan milik saya mati mendadak pada Jumat siang," katanya.
Petani di kawasan Danau Maninjau juga pernah mengalami musibah yang sama pada Januari dan Februari 2016.
Penyuluh Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Agam pada Februari 2016 mencatat sedikit-dikitnya 30 ton ikan budidaya karamba jaring apung mati akibat angin kencang yang menerpa permukaan air danau yang menyebabkan naiknya sisa pakan ikan dari dasar danau ke permukaan sehingga kadar oksigen berkurang.
Editor : Mulki
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016