Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik sejumlah pejabat negara untuk beberapa posisi, salah satunya Taruna Ikrar sebagai Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menggantikan Rizka Andalusia dan Penny Lukito, di Jakarta, Senin.
Pelantikan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/PPA Tahun 2024 tentang Pengangkatan Pejabat Pimpinan Tinggi Utama di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Taruna Ikrar adalah seorang dokter ahli bidang farmasi, jantung, dan saraf, yang menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar pada 1988-1997. Kemudian dia belajar di Universitas Indonesia (UI) pada 1998-2003 untuk bidang studi farmakologi.
Dia juga mengenyam pendidikan di Niigata University, Jepang, pada 2004-2008 untuk bidang studi kardiovaskuler.
Baca juga: Presiden Jokowi lantik Taruna Ikrar sebagai Kepala BPOM
Di University of California, Irvine, Amerika Serikat pada 2008-2013, dia mengikuti studi anatomi dan neurobiologi, sebelum menjadi periset di institusi tersebut pada 2013-2016.
Taruna menjabat sebagai ketua Konsil Kedokteran Indonesia sejak 2020. Pada 2023 gelar profesornya dicabut oleh Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) karena adanya indikasi kecurangan dalam proses gelarnya.
Hal itu tertuang dalam Keputusan Mendikbudristek (Kepmendikbudristek) Nomor 48674/M/07/2023 tentang Penyetaraan Jabatan Akademik Dosen tertanggal 30 Agustus 2023.
Sejumlah karya tulis ilmiahnya yaitu "Terapi Sel Punca dan Tata Laksana COVID-19" yang ditulis pada 2023, dimana penelitiannya bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi dengan menggunakan sel punca atau Mesenchymal Stem Cell (MSC) pada penatalaksanaan COVID-19.
Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan pemberian MSC alogenik dapat mempercepat langkah-langkah perbaikan jaringan di paru-paru dan mengurangi kebutuhan untuk aktivasi sel mesenkim lebih lanjut.
Selain itu ada juga "The Art of Oncoimmunovaccinomics" yang ditulis bersama Dito Anurogo pada 2021, dimana dia menjelaskan tentang sejumlah hal antara lain sejarah, basis molekular, dan pendekatan, imunoterapi untuk kanker, pendekatan vaksinomik, dan teori vaksinologi.
Dia juga menulis "The Neuroscience of Glutamate" yang ditulis pada 2014 bersama Dito Anurogo. Artikel tersebut memaparkan tentang glutamat yang ditinjau dari perspektif neurosains klasik dan modern, antara lain sejarahnya, peran di tingkat seluler seperti pada proses cedera dan ritme sirkadian, serta aspek klinis.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Pelantikan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/PPA Tahun 2024 tentang Pengangkatan Pejabat Pimpinan Tinggi Utama di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Taruna Ikrar adalah seorang dokter ahli bidang farmasi, jantung, dan saraf, yang menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar pada 1988-1997. Kemudian dia belajar di Universitas Indonesia (UI) pada 1998-2003 untuk bidang studi farmakologi.
Dia juga mengenyam pendidikan di Niigata University, Jepang, pada 2004-2008 untuk bidang studi kardiovaskuler.
Baca juga: Presiden Jokowi lantik Taruna Ikrar sebagai Kepala BPOM
Di University of California, Irvine, Amerika Serikat pada 2008-2013, dia mengikuti studi anatomi dan neurobiologi, sebelum menjadi periset di institusi tersebut pada 2013-2016.
Taruna menjabat sebagai ketua Konsil Kedokteran Indonesia sejak 2020. Pada 2023 gelar profesornya dicabut oleh Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) karena adanya indikasi kecurangan dalam proses gelarnya.
Hal itu tertuang dalam Keputusan Mendikbudristek (Kepmendikbudristek) Nomor 48674/M/07/2023 tentang Penyetaraan Jabatan Akademik Dosen tertanggal 30 Agustus 2023.
Sejumlah karya tulis ilmiahnya yaitu "Terapi Sel Punca dan Tata Laksana COVID-19" yang ditulis pada 2023, dimana penelitiannya bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi dengan menggunakan sel punca atau Mesenchymal Stem Cell (MSC) pada penatalaksanaan COVID-19.
Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan pemberian MSC alogenik dapat mempercepat langkah-langkah perbaikan jaringan di paru-paru dan mengurangi kebutuhan untuk aktivasi sel mesenkim lebih lanjut.
Selain itu ada juga "The Art of Oncoimmunovaccinomics" yang ditulis bersama Dito Anurogo pada 2021, dimana dia menjelaskan tentang sejumlah hal antara lain sejarah, basis molekular, dan pendekatan, imunoterapi untuk kanker, pendekatan vaksinomik, dan teori vaksinologi.
Dia juga menulis "The Neuroscience of Glutamate" yang ditulis pada 2014 bersama Dito Anurogo. Artikel tersebut memaparkan tentang glutamat yang ditinjau dari perspektif neurosains klasik dan modern, antara lain sejarahnya, peran di tingkat seluler seperti pada proses cedera dan ritme sirkadian, serta aspek klinis.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024