Rabiul Awal merupakan bulan mulia diantara bulan-bulan yang ada dalam penanggalan hijriyah, karena pada bulan tersebut telah terjadinya peristiwa istimewa telah lahirnya nabi terakhir yang diutus oleh Allah kepada umat manusia yaitu Nabi Muhammad Saw.
 
Nabi Muhammad Saw dilahirkan di kota Makkah menurut riwayat yang paling populer dan masyhur baginda dilahirkan pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Malam kelahiran Nabi adalah malam yang bertaburan cahaya yang memancar dari langit biru bening. Kehadiran Nabi Muhammad, adalah anugerah besar bagi dunia manusia dan semesta raya.
 
Pada momentum bulan kelahiran kekasih Allah ini umat muslim di Indonesia suka menghadirkan tradisi-tradisi keislaman dengan tajuk peringatan maulid nabi dengan tujuan meneladani sifat dan akhlak Rasulullah Saw. Peringatan tersebut dapat berupa tablig akbar, memperbanyak sholawat, perlombaan, atau acara-cara lain yang positif.
 
Dikutip dari laman NU Online, peringatan maulid nabi adalah tradisi yang baik dan bagus untuk dilestarikan, menurut Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dalam kitab Mafahim Yajib an Tushahhah halaman 316, peringatan maulid Nabi Muhammad ﷺ merupakan bentuk tradisi yang baik di masyarakat, bukan termasuk bagian dari masalah ibadah yang dipersoalkan keabsahannya.
 
Menurut al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani setidaknya ada empat cara memperingati maulid Nabi. Perayaan maulid Nabi seiring firman Allah dalam Al-Qur’an:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (يونس: 58)

Artinya: “Katakanlah Muhammad, dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya maka hanya dengan itu berbahagialah orang-orang yang beriman. Hal itu (anugerah dan rahmat-Nya) lebih baik daripada harta dunia yang mereka kumpulkan.” (QS Yunus: 58).  

Merujuk penafsiran Ibnu Abbas ra, maksud anugerah Allah dalam ayat adalah ilmu, sedangkan maksud rahmat-Nya adalah Nabi Muhammad saw. Imam as-Suyuthi meriwayatkan:
 
وأخرج أبو الشيخ عن ابن عباس رضي الله عنهما في الآية قال: فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه و سلم. قال الله تعالى: وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين الأنبياء [الأنبياء: 107]

Artinya: “Abus Syekh meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra berkaitan ayat 58 surat Yunus, ia berkata: ‘Anugerah Allah adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muhammad saw. Allah ta’âlâ berfirman: ‘Dan tidaklah Aku mengutusmu Muhammad kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta’.” [Al-Anbiya: 107]. (Abdurrahman bin al-Kamal Jallaluddin as-Suyuthi, ad-Durrul Mantsûr, [Beirut, Dârul Fikr: 1993], juz IV, halaman 367).

Merujuk penjelasan al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani yang dikutip oleh Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Hawi lil Fatawi, memperingati maulid Nabi dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai ekspresi kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad saw.

Di antaranya dengan (1) membaca Al-Qur’an, (2) memberi makan orang, (3) bersedekah, dan (4) mengungkapkan berbagai pujian kepada Nabi—seperti dengan membaca Maulid al-Barzanji, Maulid Diba’, Simtuth Durar, Dhiyâul Lami’ dan semisalnya—yang dapat mendorong hati untuk lebih giat melakukan amal kebaikan sebagai bekal di kehidupan akhirat kelak. Inilah empat (4) cara memperingati maulid Nabi menurut al-Hafidh Ibnu Hajar al-‘Asqalani.
 
Keutamaan
Peringatan Maulid Nabi dikategorikan sebagai tradisi yang baik, karena substansi peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ memiliki banyak manfaat dan kebaikan bagi masyarakat, seperti meneladani prilaku Nabi, pembacaan ayat-ayat Al Qur’an, dzikir, tahlil, kalimat thayyibah dan pembacaan sejarah dan perjuangan Nabi Muhammad ﷺ.

Imam al-Suyuthi dari kalangan ulama Syafi’iyyah juga mengatakan, Maulid Nabi merupakan kegiatan positif yang mendatangkan pahala. Ia menganjurkan pada bulan Rabiul Awal umat Islam meluapkan kegembiraan dan rasa syukur dengan cara memperingati kelahiran Rasulullah, berkumpul, membagikan makanan, dan beberapa ibadah lain.

هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالْاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ   

“Perayaan maulid termasuk bid’ah yang baik, pelakunya mendapat pahala. Sebab di dalamnya terdapat sisi mengagungkan derajat Nabi Saw dan menampakan kegembiraan dengan waktu dilahirkannya Rasulullah Saw”.

Bulan Rabiul Awal tergolong mulia karena di dalamnya terdapat sejarah kelahiran manusia paling mulia di muka bumi. Kenapa Rasulullah tak dilahirkan di bulan Muharram, Rajab, Ramadhan, atau bulan-bulan yang dimuliakan syariat?

Sayyid Muhammad ibn Alawi Al Maliki dalam kitabnya adz-Dzakhâir al-Muhammadiyyah menjelaskan, Nabi Muhammad tidak mulia karena sebab masa atau waktu. Namun justru masa atau waktu itulah yang menjadi mulia sebab Nabi Muhammad lahir. Artinya, Nabi-lah yang mengangkat derajat bulan tersebut, bukan sebaliknya.  

Adapun ekspresi kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad saw yang dilakukan secara berlebihan, yaitu dengan melakukan perbuatan yang hukumnya makruh atau khilâful aula, maka menurut al-Hafidh Ibnu Hajar al-'Asqalani hendaknya dihindari. Apalagi memperingati maulid Nabi dengan perbuatan-perbuatan yang haram atau dengan kemaksiatan, maka harus benar-benar dihindari. Ia menjelaskan:

 وما كان حراما أو مكروها فيمنع وكذا ما كان خلاف الأولى انتهى

Artinya: “Perbuatan yang haram atau makruh, maka (dalam peringatan maulid nabi) hendaknya dicegah. Demikian pula perbuatan yang khilâful aula atau yang tidak sesuai dengan keutamaan.” (Jalaluddin as-Suyuthi, al-Hawi lil Fatawi, juz I, halaman 282). 

Pewarta: Antara Babel

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024