Penatnya kehidupan kota, menjadikan healing atau menyeimbangkan kesehatan mental adalah satu pilihan. Namun begitu, untuk menuju daerah wisata populer di hari libur, sering kali bukan healing yang diraih tapi kepenatan pula yang didapat.
Oleh karena itu, wisata alternatif menuju slow living kini menjadi dambaan para penyintas kerja kantoran. Desa wisata, sebuah konsep yang menyatu dengan kehidupan warga desa, kini banyak menjadi alternatif untuk hal tersebut.
Lalu, bagaimana mencari atau bahkan mengelola informasi desa wisata? Di antara pesona alam yang tersembunyi di pelosok Indonesia, masyarakat desa-desa wisata kini tak lagi merasa tertinggal dalam era digital. Sebuah inovasi muncul dari telepon genggam melalui aplikasi Atourin Visitor Management System (AVMS) yang dikembangkan oleh Reza Permadi.
Dengan AVMS, pengelola desa wisata yang dulunya kesulitan mengakses teknologi kini mampu mengikuti arus digitalisasi, sehingga tak hanya meningkatkan efisiensi pengelolaan, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa. Mereka dapat mendata pengunjung, hingga mengelola destinasi wisata yang menjadi denyut ekonomi desa, menjadi lebih mudah.
Reza Permadi, pemuda kelahiran Jakarta, 29 April 1993, adalah sosok di balik perubahan ini. Di usia muda, ia sudah merintis langkah besar dalam industri pariwisata Indonesia. Berbekal gelar Master of Sustainable Tourism, Reza melihat peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui teknologi.
Ketika banyak orang hanya membicarakan pariwisata berkelanjutan, Reza memilih jalan yang berbeda: ia membuatnya nyata. AVMS adalah solusi yang ia temukan saat masih menimba ilmu di bangku kuliah, dimulai dari sebuah paper sederhana tentang manajemen pengunjung. Jujur saja, aplikasi ini lahir berawal dari tugas kuliah saya, ujarnya mengingat awal mula merintis usaha.
Namun, gagasan brilian Reza tidak berhenti di atas kertas. Pada tahun 2019, ia meluncurkan AVMS sebagai alat yang mudah digunakan untuk mendata dan mengelola pengunjung di destinasi wisata. Inovasi ini dirancang agar pengelola desa wisata, yang seringkali terbentur keterbatasan sumber daya, dapat mengoperasikannya dengan mudah.
Dengan AVMS, pengelola desa wisata tidak lagi repot dengan pencatatan manual yang rawan kesalahan. Sistem ini membantu mereka membangun database pengunjung, mencatat pemasukan, dan mempermudah pengelolaan tiket masuk. Lebih dari itu, AVMS juga menawarkan e-ticketing yang ramah lingkungan, mengurangi limbah kertas dari karcis masuk.
Sebanyak 204 desa wisata seluruh Indonesia, kini sudah terdaftar dalam genggaman Reza, untuk kembali menambahkan nilai dalam mendatangkan banyak pengunjung.
Manfaat ekonominya jelas. Dengan sistem yang lebih tertata, desa-desa wisata yang menggunakan AVMS melihat peningkatan jumlah pengunjung, pengelolaan yang lebih efisien, serta peningkatan pendapatan. Reza pun merancang skema kemitraan yang adil, di mana pengelola desa wisata tidak perlu mengeluarkan uang di muka untuk menggunakan AVMS. Mereka hanya dikenakan biaya berdasarkan jumlah tiket atau paket wisata yang terjual, membuat sistem ini sangat terjangkau, terutama bagi desa wisata yang baru berkembang.
Reza mengajak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk mengembangkan manajemen desa wisata. Pembentukan Pokdarwis merupakan amanah dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Dalam pasal 4, disebutkan bahwa salah satu tujuan kegiatan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pada masa pandemi COVID-19 tahun 2020, ketika banyak destinasi wisata terpuruk karena penurunan drastis pengunjung, AVMS kembali berinovasi dengan meluncurkan tur virtual. Desa-desa wisata seperti Pulau Pramuka tetap hidup melalui paket tur virtual yang diikuti oleh ratusan anak sekolah. Usai pandemi, sejumlah pelajar yang sebelumnya hanya mengikuti tur virtual datang langsung untuk menikmati pengalaman wisata secara nyata, membuktikan dampak positif dari inovasi Reza.
Namun, di balik keberhasilan itu, Reza tahu bahwa teknologi tidak selalu mudah diterima. Banyak pengelola desa wisata yang merasa teknologi adalah hal yang sulit dipelajari. Menyadari ini, Reza pun menciptakan Atourin Academy, program pelatihan yang membantu lebih dari 200 pengelola destinasi wisata menguasai AVMS. Dengan hati yang sabar dan visi yang jauh ke depan, Reza terus mendampingi mereka, memastikan bahwa teknologi ini benar-benar membantu, bukan membebani.
Hingga kini, lebih dari 204 desa wisata di Indonesia telah menggunakan AVMS, dan Reza tidak berniat berhenti di sini. Visi besarnya adalah melihat lebih dari 4.500 desa wisata yang ada di database Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggunakan AVMS pada tahun 2030. Lewat kolaborasi dengan banyak pihak, ia yakin digitalisasi pariwisata di Indonesia akan menjadi kenyataan.
Lebih dari sekadar teknologi, Reza Permadi membawa semangat untuk memberdayakan masyarakat desa, membangun kemandirian, dan mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Ia tak hanya ingin desa-desa wisata berkembang, tetapi juga menjadi contoh bagaimana teknologi dapat memajukan ekonomi lokal, memperkuat kearifan lokal, dan menjaga kelestarian alam. Bersama AVMS, Reza ingin memastikan bahwa di masa depan, teknologi bukan lagi menjadi penghalang, tetapi menjadi kunci kemajuan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.
Atas kegigihan Reza dan tim, Atourin diganjar SATU Indonesia Awards 2023 bidang Teknologi atas terobosan mengembangkan perkeonomian masyarakat desa.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan pemerintah menjadi salah satu yang penting dalam menggerakkan perekonomian desa wisata. Pemerintah juga memberi anugerah desa wisata terbaik untuk merangsang pertumbuhan desa wisata yang berstandard internasional. Dikutip dari laman Kemenparekarf,
Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) adalah ajang pemberian penghargaan kepada desa wisata yang memenuhi kriteria penilaian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf).
Dengan kata lain, penyematan anugerah desa wisata menjadi momentum kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
Dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024, ada 6.016 desa wisata di seluruh provinsi di Indonesia yang gabung dan berlomba menampilkan wajah terbaik dari desa wisata masing-masing. Setelah melalui tahap penilaian dan seleksi yang cukup panjang, ADWI 2024 memasuki babak akhir kurasi. Berdasarkan hasil penilaian secara objektif oleh para dewan juri, ADWI 2024 telah masuk tahap 50 besar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Oleh karena itu, wisata alternatif menuju slow living kini menjadi dambaan para penyintas kerja kantoran. Desa wisata, sebuah konsep yang menyatu dengan kehidupan warga desa, kini banyak menjadi alternatif untuk hal tersebut.
Lalu, bagaimana mencari atau bahkan mengelola informasi desa wisata? Di antara pesona alam yang tersembunyi di pelosok Indonesia, masyarakat desa-desa wisata kini tak lagi merasa tertinggal dalam era digital. Sebuah inovasi muncul dari telepon genggam melalui aplikasi Atourin Visitor Management System (AVMS) yang dikembangkan oleh Reza Permadi.
Dengan AVMS, pengelola desa wisata yang dulunya kesulitan mengakses teknologi kini mampu mengikuti arus digitalisasi, sehingga tak hanya meningkatkan efisiensi pengelolaan, tapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa. Mereka dapat mendata pengunjung, hingga mengelola destinasi wisata yang menjadi denyut ekonomi desa, menjadi lebih mudah.
Reza Permadi, pemuda kelahiran Jakarta, 29 April 1993, adalah sosok di balik perubahan ini. Di usia muda, ia sudah merintis langkah besar dalam industri pariwisata Indonesia. Berbekal gelar Master of Sustainable Tourism, Reza melihat peluang besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui teknologi.
Ketika banyak orang hanya membicarakan pariwisata berkelanjutan, Reza memilih jalan yang berbeda: ia membuatnya nyata. AVMS adalah solusi yang ia temukan saat masih menimba ilmu di bangku kuliah, dimulai dari sebuah paper sederhana tentang manajemen pengunjung. Jujur saja, aplikasi ini lahir berawal dari tugas kuliah saya, ujarnya mengingat awal mula merintis usaha.
Namun, gagasan brilian Reza tidak berhenti di atas kertas. Pada tahun 2019, ia meluncurkan AVMS sebagai alat yang mudah digunakan untuk mendata dan mengelola pengunjung di destinasi wisata. Inovasi ini dirancang agar pengelola desa wisata, yang seringkali terbentur keterbatasan sumber daya, dapat mengoperasikannya dengan mudah.
Dengan AVMS, pengelola desa wisata tidak lagi repot dengan pencatatan manual yang rawan kesalahan. Sistem ini membantu mereka membangun database pengunjung, mencatat pemasukan, dan mempermudah pengelolaan tiket masuk. Lebih dari itu, AVMS juga menawarkan e-ticketing yang ramah lingkungan, mengurangi limbah kertas dari karcis masuk.
Sebanyak 204 desa wisata seluruh Indonesia, kini sudah terdaftar dalam genggaman Reza, untuk kembali menambahkan nilai dalam mendatangkan banyak pengunjung.
Manfaat ekonominya jelas. Dengan sistem yang lebih tertata, desa-desa wisata yang menggunakan AVMS melihat peningkatan jumlah pengunjung, pengelolaan yang lebih efisien, serta peningkatan pendapatan. Reza pun merancang skema kemitraan yang adil, di mana pengelola desa wisata tidak perlu mengeluarkan uang di muka untuk menggunakan AVMS. Mereka hanya dikenakan biaya berdasarkan jumlah tiket atau paket wisata yang terjual, membuat sistem ini sangat terjangkau, terutama bagi desa wisata yang baru berkembang.
Reza mengajak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk mengembangkan manajemen desa wisata. Pembentukan Pokdarwis merupakan amanah dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Dalam pasal 4, disebutkan bahwa salah satu tujuan kegiatan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pada masa pandemi COVID-19 tahun 2020, ketika banyak destinasi wisata terpuruk karena penurunan drastis pengunjung, AVMS kembali berinovasi dengan meluncurkan tur virtual. Desa-desa wisata seperti Pulau Pramuka tetap hidup melalui paket tur virtual yang diikuti oleh ratusan anak sekolah. Usai pandemi, sejumlah pelajar yang sebelumnya hanya mengikuti tur virtual datang langsung untuk menikmati pengalaman wisata secara nyata, membuktikan dampak positif dari inovasi Reza.
Namun, di balik keberhasilan itu, Reza tahu bahwa teknologi tidak selalu mudah diterima. Banyak pengelola desa wisata yang merasa teknologi adalah hal yang sulit dipelajari. Menyadari ini, Reza pun menciptakan Atourin Academy, program pelatihan yang membantu lebih dari 200 pengelola destinasi wisata menguasai AVMS. Dengan hati yang sabar dan visi yang jauh ke depan, Reza terus mendampingi mereka, memastikan bahwa teknologi ini benar-benar membantu, bukan membebani.
Hingga kini, lebih dari 204 desa wisata di Indonesia telah menggunakan AVMS, dan Reza tidak berniat berhenti di sini. Visi besarnya adalah melihat lebih dari 4.500 desa wisata yang ada di database Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggunakan AVMS pada tahun 2030. Lewat kolaborasi dengan banyak pihak, ia yakin digitalisasi pariwisata di Indonesia akan menjadi kenyataan.
Lebih dari sekadar teknologi, Reza Permadi membawa semangat untuk memberdayakan masyarakat desa, membangun kemandirian, dan mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Ia tak hanya ingin desa-desa wisata berkembang, tetapi juga menjadi contoh bagaimana teknologi dapat memajukan ekonomi lokal, memperkuat kearifan lokal, dan menjaga kelestarian alam. Bersama AVMS, Reza ingin memastikan bahwa di masa depan, teknologi bukan lagi menjadi penghalang, tetapi menjadi kunci kemajuan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.
Atas kegigihan Reza dan tim, Atourin diganjar SATU Indonesia Awards 2023 bidang Teknologi atas terobosan mengembangkan perkeonomian masyarakat desa.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan pemerintah menjadi salah satu yang penting dalam menggerakkan perekonomian desa wisata. Pemerintah juga memberi anugerah desa wisata terbaik untuk merangsang pertumbuhan desa wisata yang berstandard internasional. Dikutip dari laman Kemenparekarf,
Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) adalah ajang pemberian penghargaan kepada desa wisata yang memenuhi kriteria penilaian Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf).
Dengan kata lain, penyematan anugerah desa wisata menjadi momentum kebangkitan pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
Dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024, ada 6.016 desa wisata di seluruh provinsi di Indonesia yang gabung dan berlomba menampilkan wajah terbaik dari desa wisata masing-masing. Setelah melalui tahap penilaian dan seleksi yang cukup panjang, ADWI 2024 memasuki babak akhir kurasi. Berdasarkan hasil penilaian secara objektif oleh para dewan juri, ADWI 2024 telah masuk tahap 50 besar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024