Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Baturusa Cerucuk, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI menggelar focus group discussion (FGD) dan menyepakati adanya konsistensi bersama dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menyelamatkan hutan dan lingkungan di Bangka Belitung (Babel), Kamis (28/11)
Salah satu wujud konsistensi yang diharapkan bersama untuk dilaksanakan adalah meninggalkan dunia pertambangan, lalu beralih ke green and blue (hijau dan biru) ekonomi yang ramah lingkungan sesuai dengan rencana pengembangan jangka panjang (RPJP) Babel itu sendiri.
Kabid Perekonomian dan SDA BAPPEDA Andy Yusfany mengatakan selama aktivitas tambang masih masif, maka hutan dan lingkungan tak akan selamat. Dan untuk menyelamatkannya perlu adanya konsistensi bersama untuk tinggalkan tambang itu.
"Begitu juga soal WPR atau IPR apakah sudah melalui kajian. Jangan-jangan merusak hutan lagi. Bukannya jadi solusi malah nambah masalah," ujarnya.
Di sisi lain hutan produksi sudah di HGU ke perusahaan perkebunan sawit sehingga di masyarakat kerap terjadi pro kontra dengan perusahaan perkebunan sawit karena mereka tidak punya lahan lagi untuk beraktivitas di pertanian.
Seperti di Bangka Barat saja mereka demo ke kantor Gubernur hutan desa mereka masuk HGU perkebunan sawit. Seharusnya jika sudah kawasan hutan lindung jangan lagi dikelola seperti untuk tambang atau tambak udang, kecuali hasil hutanya seperti madu pelawanya.
"Jangan lagi pakai buldozer atau alat berat lainya karena sudah kawasan ya kawasan jangan lagi dikelola apa-apa. Jangan juga dibuat namanya hutan tanaman rakyat atau kehutanan sosial karena menurut pemikiran saya itu semua hanya kamuflase," ujarnya.
Sementara Ketua Fordas Fadilah Sabri mengayajan sebagai daerah kepulauan, Bangka Belitung sangat rentan dengan dampak pemanasan global dan rob air laut terus meningkat juga petir
Konsep dari Bappeda terkait RPJP sudah sangat bagus, hanya saja saat pelaksanaannya terkait bebas tambang tidak konsisten sehingga diharapkan adanya komitmen seluruh pihak terkait dalam penyelamatan hutan dan lingkungan yang menjadi fokus kita bersama.
"Kita juga tahu bersama tutupan hutan dan lahan kita dari waktu ke waktu terus berkurang sehingga perlu diselamatkan. Jika semua terlaksana sesuai harapan maka DAS kita yang kecil-kecil itu akan lebih baik, sumber air juga akan terjaga dengan baik," harapnya.
Kepala BPDAS Baturusa Cerucuk Muchtar Effendi berharap ingin adanya kolaborasi dengan seluruh pihak terkait dalam pemulihan lingkungan. Pihaknya sendiri saat ini telah menanam kayu putih dan jambu mente.
"Kita pilih tumbuhan yang bisa tumbuh di lahan-bekas pertambangan yang miskin unsur hara, namun memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat setempat," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Salah satu wujud konsistensi yang diharapkan bersama untuk dilaksanakan adalah meninggalkan dunia pertambangan, lalu beralih ke green and blue (hijau dan biru) ekonomi yang ramah lingkungan sesuai dengan rencana pengembangan jangka panjang (RPJP) Babel itu sendiri.
Kabid Perekonomian dan SDA BAPPEDA Andy Yusfany mengatakan selama aktivitas tambang masih masif, maka hutan dan lingkungan tak akan selamat. Dan untuk menyelamatkannya perlu adanya konsistensi bersama untuk tinggalkan tambang itu.
"Begitu juga soal WPR atau IPR apakah sudah melalui kajian. Jangan-jangan merusak hutan lagi. Bukannya jadi solusi malah nambah masalah," ujarnya.
Di sisi lain hutan produksi sudah di HGU ke perusahaan perkebunan sawit sehingga di masyarakat kerap terjadi pro kontra dengan perusahaan perkebunan sawit karena mereka tidak punya lahan lagi untuk beraktivitas di pertanian.
Seperti di Bangka Barat saja mereka demo ke kantor Gubernur hutan desa mereka masuk HGU perkebunan sawit. Seharusnya jika sudah kawasan hutan lindung jangan lagi dikelola seperti untuk tambang atau tambak udang, kecuali hasil hutanya seperti madu pelawanya.
"Jangan lagi pakai buldozer atau alat berat lainya karena sudah kawasan ya kawasan jangan lagi dikelola apa-apa. Jangan juga dibuat namanya hutan tanaman rakyat atau kehutanan sosial karena menurut pemikiran saya itu semua hanya kamuflase," ujarnya.
Sementara Ketua Fordas Fadilah Sabri mengayajan sebagai daerah kepulauan, Bangka Belitung sangat rentan dengan dampak pemanasan global dan rob air laut terus meningkat juga petir
Konsep dari Bappeda terkait RPJP sudah sangat bagus, hanya saja saat pelaksanaannya terkait bebas tambang tidak konsisten sehingga diharapkan adanya komitmen seluruh pihak terkait dalam penyelamatan hutan dan lingkungan yang menjadi fokus kita bersama.
"Kita juga tahu bersama tutupan hutan dan lahan kita dari waktu ke waktu terus berkurang sehingga perlu diselamatkan. Jika semua terlaksana sesuai harapan maka DAS kita yang kecil-kecil itu akan lebih baik, sumber air juga akan terjaga dengan baik," harapnya.
Kepala BPDAS Baturusa Cerucuk Muchtar Effendi berharap ingin adanya kolaborasi dengan seluruh pihak terkait dalam pemulihan lingkungan. Pihaknya sendiri saat ini telah menanam kayu putih dan jambu mente.
"Kita pilih tumbuhan yang bisa tumbuh di lahan-bekas pertambangan yang miskin unsur hara, namun memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat setempat," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024