Di era digital yang serba cepat saat ini, perusahaan besar dan para pemimpin pasar tidak lagi menentukan tren bisnis. Kelompok saat ini sering dianggap penuh ekspresi dan aktif. Generasi Z adalah pendorong utama perubahan. Bukan hanya pilihan gaya hidup dan konsumsi mereka, tetapi juga suasana hati mereka yang berubah-ubah, yang langsung tercermin dalam perilaku mereka. Suasana hati ini, meskipun tampak sederhana, telah menjadi kekuatan besar yang memengaruhi bisnis di berbagai industri.

Gen Z merupakan Generasi yang Autentik dan Emosional Generasi Z digambarkan sebagai kelompok yang mengutamakan nilai-nilai individualitas dan autentisitas. Mereka sering mengekspresikan diri dalam kehidupan sehari-hari melalui media sosial, musik, atau fesyen, dan ekspresi ini sangat bergantung pada suasana hati mereka saat ini. Meskipun tampak sederhana, mood Gen Z ini telah berkembang menjadi kekuatan besar yang memengaruhi jalan bisnis di berbagai industri. 

Generasi Z dikenal sebagai kelompok yang mengutamakan kebenaran dan individualitas. Mereka sering mengekspresikan diri dalam kehidupan sehari-hari melalui media sosial, musik, atau fesyen, dan ekspresi ini sangat bergantung pada suasana hati mereka saat ini. Mereka mungkin memilih pakaian dengan desain yang mencolok dan warna-warna cerah saat mereka senang. Sebaliknya, mereka cenderung mencari sesuatu yang sederhana dan nyaman saat mereka lelah atau ingin bersantai, seperti hoodie oversized atau pakaian yang ramah kulit. Tren ini menuntut bisnis untuk lebih peka dan responsif terhadap kebutuhan emosional klien mereka. Sebuah produk atau layanan tidak lagi cukup hanya “bagus” secara kualitas, melainkan ia juga harus sesuai dengan semangat atau suasana hati Gen Z yang sedang berkembang.

Gen Z menggunakan media sosial untuk menyampaikan dan memvalidasi suasana hati mereka. Platform seperti TikTok, Instagram, dan Pinterest sangat berperan dalam menyebarkan tren yang dipicu oleh mood. Misalnya, popularitas lagu di TikTok dapat memengaruhi cara orang membeli barang, gaya hidup, dan gaya visual yang disukai. Sangat penting bagi merek untuk memahami dinamika ini. Banyak merek kini menggunakan algoritma media sosial untuk mengidentifikasi tren mikro yang sesuai dengan suasana hati Gen Z. Sebagai contoh, selama pandemi, produk-produk yang memancarkan rasa nyaman dan “self-care” seperti lilin aromaterapi atau piyama menjadi primadona. Ini menunjukkan bahwa perusahaan yang dapat menyesuaikan produk mereka dengan mood yang sedang populer akan lebih mudah menarik Gen Z.

Gen Z berbeda dengan generasi sebelumnya dengan ekspektasi yang tinggi terhadap fleksibilitas dan fleksibilitas. Mereka lebih suka sesuatu yang terasa seperti “dibuat khusus untuk mereka” daripada produk yang bersifat generik. Oleh karena itu, bisnis yang ingin bertahan harus dapat bergerak cepat dan mengikuti tren emosional. Misalnya, kita melihat munculnya tren menu musiman atau produk dengan tema khusus di sektor makanan dan minuman. Contoh nyata bagaimana bisnis memenuhi suasana hati dan kebutuhan emosional pelanggannya adalah Starbucks dengan Pumpkin Spice Latte-nya atau merek lokal yang menawarkan menu edisi terbatas untuk waktu tertentu.

Gen Z sangat peduli dengan nilai-nilai yang diusung oleh merek mereka. Bisnis yang menunjukkan empati, keberlanjutan, dan sikap yang jelas terhadap masalah sosial lebih cenderung disukai. Gen Z akan dengan senang hati meninggalkan perusahaan yang dianggap hanya “menumpang tren” tanpa memikirkannya. Merek yang menunjukkan sisi manusiawinya dengan jelas akan lebih dihargai. Untuk menarik perhatian Gen Z, banyak merek pakaian memanfaatkan kampanye keberlanjutan dan inklusivitas.

Kesimpulannya, Trend-Based Future Tidak dapat diabaikan, bahwa mood Gen Z sangat penting untuk menentukan tren bisnis. Generasi ini tidak hanya konsumen tetapi juga pembentuk cerita. Bisnis yang ingin tetap hidup di era modern harus mampu memahami perasaan pelanggannya, mengakui prinsip-prinsip mereka, dan menyediakan pengalaman yang memenuhi kebutuhan emosi mereka. Bisnis yang sukses di masa depan tidak hanya dapat mengikuti tren, tetapi juga dapat memahami dan menciptakan tren berdasarkan mood yang terus berubah. Pada akhirnya, bisnis yang dekat dengan hati akan bertahan lama.

*) Messie Apriliza adalah Mahasiswa Universitas Bangka Belitung 

Pewarta: Messie Apriliza *)

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024