Pangkalpinang (Antara Babel) - Masyarakat Tionghoa yang berziarah Cheng Beng atau sembahyang kubur di kawasan perkuburan Sentosa di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun ini hanya sekitar 3.000 orang atau berkurang dibandingkan tahun lalu yang mencapai 10.000-an pengunjung.

"Saat ini masyarakat yang menggelar sembahyang kubur sudah semakin sepi," kata pengurus perkuburan Sentosa, Shan Qi, Rabu.

Ia menjelaskan, pada puncak perayaan tradisi Cheng Beng di perkuburan Sentosa pada Minggu (2/4) ada sekitar 1.000 orang yang melakukan sembahyang dengan meletakkan sesajian berupa aneka buah-buahan, ayam atau babi, arak, aneka kue, uang kertas dan membakar garu.

"Pada tahun ini puncak perayaan Cheng Beng mengalami pergeseran. Biasanya selalu pada 5 April, tapi tahun ini bergeser menjadi 2 April," ujarnya.

Ia mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab pergeseran tersebut, demikian juga terkait penurunan jumlah pengunjung untuk berziarah kubur selama Cheng Beng. Namun demikian ia memastikan tradisi ini tetap berjalan dengan baik, aman dan lancar.

Menurut dia, perayaan Cheng Beng tahun lalu berlangsung semarak dan dipadati masyarakat Tionghoa lokal dan dari luar daerah bahkan luar negeri seperti Tiongkok, Singapura dan Malaysia karena pemprov dan pemkot secara bersamaan juga menggelar ajang seni budaya Tionghoa dan Melayu guna menyambut tradisi sembahyang kubur tersebut.

"Tahun ini pemerintah daerah tidak menggelar kegiatan serupa sehingga mempengaruhi jumlah kunjungan masyarakat untuk sembahyang atau berwisata religi ke daerah ini," ujarnya.

Ia mengatakan, luas perkuburan Sentosa mencapai 19 hektare dan sudah ada sejak 1935, sehingga wisatawan dapat melihat sejarah kedatangan banga China ke Pulau Bangka.

"Tradisi sembahyang kubur ini sebagai wujud untuk mencintai dan menghormati leluhur. Warga melaksanakan prosesi ritual sembahyang kubur untuk leluhur, nenek, orang tua dan sanak familinya," ujarnya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017