Kotawaringin (Antara Babel) - Masyarakat Desa Kotawaringin, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kelola buah mangrove menjadi dodol.
"Kita menginginkan pengolahan buah mangrove ini bisa menjadi pekerjaan sampingan masyarakat guna menambah penghasilan," ujar pencipta produk dodol mangrove, Suryani, di Kotawaringin, Kecamatan Puding besar, Senin.
Perempuan yang juga Bendahara Perangkat Desa Kotawaringin mengatakan, awal mula tercetusnya ide untuk mengolah mangrove karena desa tersebut memiliki banyak pohon manggrove namun tidak dimanfaatkan.
"Di sini terdapat banyak pohon mangrove namun hanya dibiarkan saja berserakan jatuh ke tanah dan bahkan dianggap sampah oleh masyarakat," katanya.
Ia menambahkan, karena rasa buah mangrove yang sepat dan asam membuat masyarakat menganggap buah tersebut tidak bermanfaat sehingga dibiarkan begitu saja.
"Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, ternyata buah manggrove memiliki banyak vitamin sehingga mulai dari hal tersebut saya terus berinovasi untuk mengolah manggrove menjadi cemilan yang ekonomis," katanya.
Ia mengatakan, buah mangrove dibeli dari masyarakat setempat dan kemudian diolah menjadi dodol bersama tiga karyawannya.
"Sekali produksi membutuhkan sekitar 30 kilogram buah mangrove dan buahnya kita ambil dari masyarakat setempat," katanya.
Ia menjelaskan, kini dodol mangrove menjadi salah satu produk dari desa Kotawaringin untuk mendukung program pemerintah Kabupaten Bangka dalam mewujudkan "one product one villages" atau satu desa satu produk.
Dia mengatakan, pembuatan dodol cukup mudah, buah mangrove dibersihkan lalu dipotong-potong dan dimasak selama 10 menit kemudian didinginkan sambil diaduk-aduk hingga buah mangrove tersebut hancur.
Selanjutnya, buah yang sudah hancur kemudian disaring menggunakan saringan besar.
"Hasil saringan dipisahkan, lalu disaring lagi menggunakan kain untuk mendapatkan sari buah mangrove," jelasnya.
Ia menambahkan, sari buah dicampur dengan cairan gula merah, santan dan tepung ketan kemudian diaduk rata.
Adonan tersebut dimasak hingga mengental, lalu ditambah mentega dan dimasak sambil diaduk-aduk.
"Adonan dimasak sambil diaduk sampai agak mengeras, setelah itu didinginkan dan mulai dikemas," ujar dia.
Menurutnya, pemanfaatan tanaman jenis mangrove ini harus diikuti dengan pemeliharaan dan pelestarian karena selain dapat diolah menjadi makanan, mangrove juga berfungsi sebagai rumah bagi biota-biota laut, serta dapat dijadikan sebagai tempat ekoturisme.
Lebih lanjut Suryani sampaikan, pemanfaatan olahan buah mangrove tersebut akan dikembangkan bersama masyarakat pesisir Kotawaringin untuk menambah pengetahuan hingga pendapatan warga, sekaligus melestarikan ekosistem mangrove.
"Proses pengolahan selain dapat mengawetkan, juga dapat menjadikan produk yang dihasilkan menjadi sumber vitamin yang tersedia dalam waktu jangka yang lebih lama," jelasnya.
Suryani mengatakan, saat ini ia sedang berinovasi membuat mangrove menjadi produk lainnya seperti sirup dan kopi.
"Sekarang kita sedang ujicoba membuat mangrove menjadi sirup dan kopi. Saat ini belum di produksi karena masih berinovasi supaya hasil produknya sempurna," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
"Kita menginginkan pengolahan buah mangrove ini bisa menjadi pekerjaan sampingan masyarakat guna menambah penghasilan," ujar pencipta produk dodol mangrove, Suryani, di Kotawaringin, Kecamatan Puding besar, Senin.
Perempuan yang juga Bendahara Perangkat Desa Kotawaringin mengatakan, awal mula tercetusnya ide untuk mengolah mangrove karena desa tersebut memiliki banyak pohon manggrove namun tidak dimanfaatkan.
"Di sini terdapat banyak pohon mangrove namun hanya dibiarkan saja berserakan jatuh ke tanah dan bahkan dianggap sampah oleh masyarakat," katanya.
Ia menambahkan, karena rasa buah mangrove yang sepat dan asam membuat masyarakat menganggap buah tersebut tidak bermanfaat sehingga dibiarkan begitu saja.
"Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, ternyata buah manggrove memiliki banyak vitamin sehingga mulai dari hal tersebut saya terus berinovasi untuk mengolah manggrove menjadi cemilan yang ekonomis," katanya.
Ia mengatakan, buah mangrove dibeli dari masyarakat setempat dan kemudian diolah menjadi dodol bersama tiga karyawannya.
"Sekali produksi membutuhkan sekitar 30 kilogram buah mangrove dan buahnya kita ambil dari masyarakat setempat," katanya.
Ia menjelaskan, kini dodol mangrove menjadi salah satu produk dari desa Kotawaringin untuk mendukung program pemerintah Kabupaten Bangka dalam mewujudkan "one product one villages" atau satu desa satu produk.
Dia mengatakan, pembuatan dodol cukup mudah, buah mangrove dibersihkan lalu dipotong-potong dan dimasak selama 10 menit kemudian didinginkan sambil diaduk-aduk hingga buah mangrove tersebut hancur.
Selanjutnya, buah yang sudah hancur kemudian disaring menggunakan saringan besar.
"Hasil saringan dipisahkan, lalu disaring lagi menggunakan kain untuk mendapatkan sari buah mangrove," jelasnya.
Ia menambahkan, sari buah dicampur dengan cairan gula merah, santan dan tepung ketan kemudian diaduk rata.
Adonan tersebut dimasak hingga mengental, lalu ditambah mentega dan dimasak sambil diaduk-aduk.
"Adonan dimasak sambil diaduk sampai agak mengeras, setelah itu didinginkan dan mulai dikemas," ujar dia.
Menurutnya, pemanfaatan tanaman jenis mangrove ini harus diikuti dengan pemeliharaan dan pelestarian karena selain dapat diolah menjadi makanan, mangrove juga berfungsi sebagai rumah bagi biota-biota laut, serta dapat dijadikan sebagai tempat ekoturisme.
Lebih lanjut Suryani sampaikan, pemanfaatan olahan buah mangrove tersebut akan dikembangkan bersama masyarakat pesisir Kotawaringin untuk menambah pengetahuan hingga pendapatan warga, sekaligus melestarikan ekosistem mangrove.
"Proses pengolahan selain dapat mengawetkan, juga dapat menjadikan produk yang dihasilkan menjadi sumber vitamin yang tersedia dalam waktu jangka yang lebih lama," jelasnya.
Suryani mengatakan, saat ini ia sedang berinovasi membuat mangrove menjadi produk lainnya seperti sirup dan kopi.
"Sekarang kita sedang ujicoba membuat mangrove menjadi sirup dan kopi. Saat ini belum di produksi karena masih berinovasi supaya hasil produknya sempurna," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017