Sungailiat (Antara Babel) - Nelayan Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provisi Kepulauan Bangka Belitung meminta pemerintah pusat dan pemerintah daerah membangun talud pemecah ombak (breakwater) di muara Air Kantong.
"Seluruh nelayan yang mendaratkan ikan hasil tangkapan di pelabuhan juga berharap pemerintah pusat maupun pemerintah daerah segera membangun tembok penahan pasir," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Bangka, Ridwan di Sungailiat, Jumat.
Ia mengatakan muara Air Kontong merupakan pintu utama bagi nelayan di pelabuhan perikanan yang hendak melaut atau pulang dari laut dengan hasil tangkapannya.
"Kondisi muara saat ini sangat memperihatinkan, dimana kapal nelayan tidak dapat masuk atau keluar pada saat muara tertutup pasir. Bahkan sudah sering terjadi kapal nelayan terbalik dan ikan hasil tangkapannya tumpah," kata Ridwan.
Dia mengatakan tertutupnya pintu muara sudah beberapa tahun terjadi tetapi belum nampak tindakan permanen yang menyelesaikan persoalan itu. Kalaupun dilakukan pengerukan sifatnya hanya sementara dan akan kembali tertutup pasir di kanan kiri muara.
"Kondisi teknis nampaknya hanya dengan dibangun talud muara untuk menyelesaikan persoalan itu secara permanen," ujarnya.
Ridwan menyesalkan karena belum ada tindakan kongret untuk menyelesaikan persoalan ini meskipun sudah pernah disampaikan baik secara langsung maupun tertulis ke pemerintah daerah.
"Tertutupnya pintu muara menjadi persoalan terbesar yang dihadapi nelayan Sungailiat yang mendaratkan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan, belum persoalan lainnya seperti harus berjuang di tengah laut melakukan penangkapan ikan pada saat gelombang pasang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
"Seluruh nelayan yang mendaratkan ikan hasil tangkapan di pelabuhan juga berharap pemerintah pusat maupun pemerintah daerah segera membangun tembok penahan pasir," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Bangka, Ridwan di Sungailiat, Jumat.
Ia mengatakan muara Air Kontong merupakan pintu utama bagi nelayan di pelabuhan perikanan yang hendak melaut atau pulang dari laut dengan hasil tangkapannya.
"Kondisi muara saat ini sangat memperihatinkan, dimana kapal nelayan tidak dapat masuk atau keluar pada saat muara tertutup pasir. Bahkan sudah sering terjadi kapal nelayan terbalik dan ikan hasil tangkapannya tumpah," kata Ridwan.
Dia mengatakan tertutupnya pintu muara sudah beberapa tahun terjadi tetapi belum nampak tindakan permanen yang menyelesaikan persoalan itu. Kalaupun dilakukan pengerukan sifatnya hanya sementara dan akan kembali tertutup pasir di kanan kiri muara.
"Kondisi teknis nampaknya hanya dengan dibangun talud muara untuk menyelesaikan persoalan itu secara permanen," ujarnya.
Ridwan menyesalkan karena belum ada tindakan kongret untuk menyelesaikan persoalan ini meskipun sudah pernah disampaikan baik secara langsung maupun tertulis ke pemerintah daerah.
"Tertutupnya pintu muara menjadi persoalan terbesar yang dihadapi nelayan Sungailiat yang mendaratkan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan, belum persoalan lainnya seperti harus berjuang di tengah laut melakukan penangkapan ikan pada saat gelombang pasang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017