Pangkalpinang (Antara Babel) - Harga karet di tingkat petani di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih rendah atau berkisar antara Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram karena kurang berkualitas.
"Penurunan harga karet di tingkat petani terjadi sejak lima bulan lalu dengan harga normalnya berkisar Rp8.000 per kilogram," kata Sekjen Asosiasi Petani Karet Kepulauan Babel, Jafri Habib di Pangkalpinang, Kamis.
Ia menerangkan penyebab penurunan harga komoditas karet di tingkat petani karena kualitasnya masih rendah, dan kurang pengawasan oleh pemerintah daerah.
"Kami menilai belum ada upaya konkret dari pemerintah daerah, untuk memperbaiki harga maupun kualitas karet di tingkat petani," ujarnya.
Jafri mengatakan Perda Penyangga Harga Karet yang telah ditetapkan oleh DPRD Provinsi Kepulauan Babel pada 2016 juga belum memberikan manfaat bagi para petani karet, untuk memperbaiki harga jual dan kualitas karet.
"Kami mendesak agar segera disusun peraturan gubernur sebagai penguat implementasi peraturan daerah, untuk mengatur upaya perbaikan kualitas dan mendapatkan subsidi karet," katanya.
Menurut dia, pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat melakukan kontrol dan pengawasan terhadap harga karet dengan mengundang para pengusaha yang selama ini menjadi distributor karet dari daerah ini.
"Upaya kontrol dan pengawasan perdagangan karet dapat meminimalisir terjadinya permainan harga ditingkat para tengkulak maupun di distributor karet," katanya.
Selain itu, lanjut Jafri, petani karet yang tergabung di dalam asosiasi masih berupaya melakukan penguatan organisasi sebagai wadah kelompok tani sebagai alat pembelajaran dan kontrol terhadap kebijakan komoditas karet.
"Asosiasi karet selalu melakukan sosialisasi penggunaan asam semut untuk meningkatkan kualitas karet dan akan melakukan kontrol terhadap penerapan perda, sehingga dapat dilaksanakan dengan efektif, efisien, terpadu, dan tepat sasaran," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
"Penurunan harga karet di tingkat petani terjadi sejak lima bulan lalu dengan harga normalnya berkisar Rp8.000 per kilogram," kata Sekjen Asosiasi Petani Karet Kepulauan Babel, Jafri Habib di Pangkalpinang, Kamis.
Ia menerangkan penyebab penurunan harga komoditas karet di tingkat petani karena kualitasnya masih rendah, dan kurang pengawasan oleh pemerintah daerah.
"Kami menilai belum ada upaya konkret dari pemerintah daerah, untuk memperbaiki harga maupun kualitas karet di tingkat petani," ujarnya.
Jafri mengatakan Perda Penyangga Harga Karet yang telah ditetapkan oleh DPRD Provinsi Kepulauan Babel pada 2016 juga belum memberikan manfaat bagi para petani karet, untuk memperbaiki harga jual dan kualitas karet.
"Kami mendesak agar segera disusun peraturan gubernur sebagai penguat implementasi peraturan daerah, untuk mengatur upaya perbaikan kualitas dan mendapatkan subsidi karet," katanya.
Menurut dia, pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat melakukan kontrol dan pengawasan terhadap harga karet dengan mengundang para pengusaha yang selama ini menjadi distributor karet dari daerah ini.
"Upaya kontrol dan pengawasan perdagangan karet dapat meminimalisir terjadinya permainan harga ditingkat para tengkulak maupun di distributor karet," katanya.
Selain itu, lanjut Jafri, petani karet yang tergabung di dalam asosiasi masih berupaya melakukan penguatan organisasi sebagai wadah kelompok tani sebagai alat pembelajaran dan kontrol terhadap kebijakan komoditas karet.
"Asosiasi karet selalu melakukan sosialisasi penggunaan asam semut untuk meningkatkan kualitas karet dan akan melakukan kontrol terhadap penerapan perda, sehingga dapat dilaksanakan dengan efektif, efisien, terpadu, dan tepat sasaran," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017