Namang, Bangka Tengah (Antara Babel) - Kementerian Pertanian Republik Indonesia selektif dalam menandatangani memorandum of understanding (MoU) terkait pengembangan sektor pertanian karena banyak sekali kerja sama yang "tertidur" atau hanya seremonial saja.

"Menteri Pertanian sangat selektif sekali dalam MoU, karena banyak sekali MoU tersebut yang tidak berjalan dengan baik," kata Kepala Subbagian Kerja sama Afrika dan Timur Tengah Biro Luar Negeri Sekjen Kementerian Pertanian Repulik Indonesia, Widyanto Soetajan di Namang, Rabu.

Untuk itu pihaknya menyikapi keinginan Menteri Pertanian dengan mengusulkan kerja sama tahap awal antarkota atau dua kota di Indonesia dengan negara mitra yang memiliki ciri dan karakteristik, tujuan, sumber daya alam  yang sama.

"Menteri Pertanian menganjurkan kerja sama pengembangan pertanian dengan Uzbekistan tidak perlu menggunakan MoU, karena akan mengurung kita dalam mengembangkan pertanian," katanya.

Ia mengatakan pada faktanya kerja sama dengan negara mitra banyak tidak menggunakan MoU, misalnya kerja sama dengan Jepang, Belanda, Australia dan berjalan dengan baik.

Malah sebaliknya, kata dia, kerja sama menggunakan Mou banyak yang tidak berjalan, sudah dua kali diperpanjang, diamademen, ganti menteri, dirjen namun kerja sama tidak juga berjalan dan ini sangat disayangkan.

"Walaupun payung hukum kerja sama ini perlu, namun tidak menjamin kerja sama berjalan dengan baik dan saling menguntungkan," katanya.

Widyanto Soetajan optimistis kerja sama tanpa MoU dengan negara mitra ini akan berjalan dengan baik, karena saling membutuhkan dan menguntung kedua belah pihak.

Pewarta: Aprionis

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017