Jakarta (Antaranews Babel) - Gereja Katedral "Santa Perawan Maria Diangkat ke
Surga" mengajak jemaat untuk menghargai kebhinekaan sesuai dengan tema
Perayaan Natal tahun 2017, "Kebhinekaan Berawal dari Rumah".
Romo Albertus Hani Rudi Hartoko saat memimpin Perayaan Ekaristi Misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Minggu, berpesan agar jemaat menjadikan kebhinekaan sebagai anugerah.
"Semakin bersaudara dalam kebhinekaan berbeda-beda itu sesuai yang wajar," katanya.
Dia menambahkan jemaat tidak perlu merasa terancam dengan keberagaman suku, agama, budaya yang seharusnya dirangkul.
"Jangan merasa terancam kalau berbeda, perbedaan adalah kekuatan kita bersama," katanya.
Ia juga menuturkan kunci hidup rukun adalah saling memaafkan, saling menyayangi dan sabar.
Tidak hanya dalam kotbah, tetapi tema yang berbau Nusantara juga dihadirkan lewat dekorasi Perayaan Natal Gereja Katedral.
Humas Katedral dan Keuskupan Agung Jakarta Susyana Suwadie menjelaskan dekorasi bambu tersebut sebagai ciri khas tumbuhan Nusantara yang sederhana dengan memadukan elemen-elemen khas Natal, sehingga hiasan Natal yang terpadu, sederhana dan elegan.
"Falsafah sederhana, namun elegan inilai sebagai perlambang liturgis kelahiran Bayi Yesus Kristus di Palungan yang ditampilkan dalam Perayaan Natal Gereja Katedral Jakarta sebagai sentral Gereja Katolik di Indonesia," katanya.
Susyana menambahkan dekorasi natal adalah suatu tradisi Natal yang sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan memiliki keistimewaan sendiri yang khas.
"Bagi umat Kristiani hiasan Natal bukan sekadar semarak Natal, tetapi mempunyai arti rohani yang mendalam, saat merayakan cinta kasih Kristus yang hadir pada saat Natal dalam bentuk kandang, gua, pohon Natal, corona Natal, lilin Natal, malaikat dan bintang Natal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
Romo Albertus Hani Rudi Hartoko saat memimpin Perayaan Ekaristi Misa Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Minggu, berpesan agar jemaat menjadikan kebhinekaan sebagai anugerah.
"Semakin bersaudara dalam kebhinekaan berbeda-beda itu sesuai yang wajar," katanya.
Dia menambahkan jemaat tidak perlu merasa terancam dengan keberagaman suku, agama, budaya yang seharusnya dirangkul.
"Jangan merasa terancam kalau berbeda, perbedaan adalah kekuatan kita bersama," katanya.
Ia juga menuturkan kunci hidup rukun adalah saling memaafkan, saling menyayangi dan sabar.
Tidak hanya dalam kotbah, tetapi tema yang berbau Nusantara juga dihadirkan lewat dekorasi Perayaan Natal Gereja Katedral.
Humas Katedral dan Keuskupan Agung Jakarta Susyana Suwadie menjelaskan dekorasi bambu tersebut sebagai ciri khas tumbuhan Nusantara yang sederhana dengan memadukan elemen-elemen khas Natal, sehingga hiasan Natal yang terpadu, sederhana dan elegan.
"Falsafah sederhana, namun elegan inilai sebagai perlambang liturgis kelahiran Bayi Yesus Kristus di Palungan yang ditampilkan dalam Perayaan Natal Gereja Katedral Jakarta sebagai sentral Gereja Katolik di Indonesia," katanya.
Susyana menambahkan dekorasi natal adalah suatu tradisi Natal yang sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan memiliki keistimewaan sendiri yang khas.
"Bagi umat Kristiani hiasan Natal bukan sekadar semarak Natal, tetapi mempunyai arti rohani yang mendalam, saat merayakan cinta kasih Kristus yang hadir pada saat Natal dalam bentuk kandang, gua, pohon Natal, corona Natal, lilin Natal, malaikat dan bintang Natal," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017