Jakarta (Antaranews Babel) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyatakan, dalam kurun waktu dua tahun terakhir penanganan masalah sampah telah banyak mengalami perubahan, bahkan berbagai komunitas peduli sampah bersama pemerintah Indonesia telah bergerak luar biasa.

Menteri Siti Nurbaya saat menghadiri rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu, menanggapi pemberitaan yang menyebutkan Indonesia sebagai negara penyumbang kedua sampah plastik ke laut.

Menurut Nurbaya, informasi tersebut menggunakan data tahun 2015. Sementara dalam kurun waktu dua tahun terakhir, berbagai komunitas peduli sampah bersama pemerintah Indonesia telah bergerak luar biasa.

"'Dari tahun 2015 sampai sekarang sudah terjadi banyak perubahan di Indonesia, karena dinamika di masyarakat (peduli sampah) juga sangat tinggi," katanya dalam keterangan pes yang diterima di Jakarta.

Menurut dia, hampir 80 persen sampah laut berasal dari daratan. Sementara sisanya berasal dari laut dan dipengaruhi oleh arus dari tempat lain. "'Ada video viral sampah direkam di laut Bali pada tanggal 3 Maret. Sehari setelahnya di lokasi itu sudah gak ada lagi sampahnya. Artinya sampah terbawa arus laut," katanya.

Pemerintah pusat di bawah koordinasi Menko Maritim bersama dengan pemerintah daerah sudah mengambil langkah-langkah penanganan mengatasi sampah plastik di pantai dan laut di seluruh Indonesia.

Kemenko Kemaritiman bekerjasama dengan World Bank juga melakukan kajian sampah plastik di laut pada 20 lokasi. Kota Denpasar, Bali, menjadi salah satu lokasinya.

Pemerintah Indonesia juga telah berkomitmen mengurangi sampah plastik di laut sebanyak 70 persen dan mengurangi limbah melalui "reduce-reuse-recycle" sebanyak 30 persen pada 2025. Ini diperkuat melalui Peraturan Presiden (Perpres) 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah.

Hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Sampah di Laut.

Gerakan komunitas peduli sampah, kata Nurbaya, melibatkan hampir di semua lini masyarakat. Mulai dari pelajar, Pramuka, swasta, lembaga pemerintah dan lainnya. "'Jiwa anak-anak sudah ada yang terbentuk untuk sadar sampah dan mengolah sampah menjadi produktif menolong ekonomi keluarga melalui bank sampah. Itu contoh nyata,'' kata Nurbaya.

Terkait pengelolaan sampah, saat ini terdata ada sekitar 5.244 bank sampah dan 500 TPA yang tersebar di 30 provinsi di Indonesia.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga sudah melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan kemasan, untuk produksi ramah lingkungan.

Aksi nasional ini dilakukan di 26 kota yang memiliki pantai atau sungai besar bersama masyarakat, antara lain di Surabaya, Manado, Jakarta Utara, Denpasar dan Banjarmasin.  "Setelah Makassar kita akan lanjut ke Labuan Bajo. Kita akan lakukan safari bersih sampah di pantai dan laut, untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat peduli lingkungan,"' kata Nurbaya.

Selain edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, pemerintah juga terus berkoordinasi dengan semua pihak termasuk dunia internasional guna mencari solusi pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan.

Melalui Ocean Foundation juga telah melakukan percobaan dengan memasang jaring dan menghisap sampah-sampah sebagai salah satu cara mengatasi masalah sampah di laut. Menteri LHK memberi apresiasi pada pemda dan berbagai komunitas peduli sampah yang sudah berperan aktif untuk bertindak nyata dan menyosialisasikan pemanfaatan sampah menjadi lebih produktif.

"Terima kasih kepada ibu-ibu khususnya yang mengelola bank sampah. Mari menabung sampah di bank sampah. Sampahnya disetor, menjadi nilai, dikumpul di ATM untuk bayar listrik, jadi mengubah paradigmanya supaya produktif,'' katanya.

Pewarta: Sri Muryono

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018