Pangkalpinang (Antara Babel) - Permintaan benih ikan air tawar di Balai Benih Ikan (BBI) Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel) berkurang karena memasuki musim kemarau petani mulai membatasi pemelihraan ikan.
"Memasuki musim kemarau ini petani mulai membatasi pemeliharaan ikan untuk mencegah kerugian akibat debit air kolam ikan yang menyusut," kata Kepala BBI Kota Pangkalpinang, Teguh Sutoto, Senin.
Ia menjelaskan, biasanya permintaan benih ikan mencapai 40 ribu ekor per bulan, namun terhitung sejak Januari hingga pertengahan Februari 2014 hanya 1.000 ekor benih ikan.
"Kami kurang pasti penurunan permintaan benih ini, namun biasanya setiap memasuki musim kemarau permintaan benih ikan di BBI mengalami penurunan yang cukup tinggi," ujarnya.
Menurut dia, petani ikan air tawar yang memelihara ikan di daerah dataran tinggi hanya mengandalkan air hujan untuk mengisi air kolam yang saat ini mulai kering.
Sementara petani ikan air tawar di dataran rendah atau kolam yang masih memiliki air mulai membatasi pemeliharaan ikan, karena kondisi air kolam mereka mulai menyusut dan kurang baik untuk pembesaran ikan.
"Diperkirakan permintaan benih ikan air tawar akan terus menurun hingga berakhirnya musim kemarau ini," ujarnya.
Ia mengatakan, saat ini minat warga untuk memelihara ikan air tawar khususnya lele jumbo cukup tinggi, karena mereka menilai memelihara ikan tersebut lebih menguntungkan seiring nilai jual yang tinggi berkisar Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram.
Selain itu masa panen lele cukup pendek hanya tiga bulan jika dibandingkan ikan air tawar mencapai enam bulan.
"Budidaya lele cukup mudah, tidak membutuhkan perawatan khusus seperti pemeliharaan ikan gurami, ikan mas, bawal dan lainnya, namun karena cuaca kurang baik mengakibatkan banyak benih lele ukuran empat hingga enam sentimeter mati dijangkiti bakteri aeromonas," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
"Memasuki musim kemarau ini petani mulai membatasi pemeliharaan ikan untuk mencegah kerugian akibat debit air kolam ikan yang menyusut," kata Kepala BBI Kota Pangkalpinang, Teguh Sutoto, Senin.
Ia menjelaskan, biasanya permintaan benih ikan mencapai 40 ribu ekor per bulan, namun terhitung sejak Januari hingga pertengahan Februari 2014 hanya 1.000 ekor benih ikan.
"Kami kurang pasti penurunan permintaan benih ini, namun biasanya setiap memasuki musim kemarau permintaan benih ikan di BBI mengalami penurunan yang cukup tinggi," ujarnya.
Menurut dia, petani ikan air tawar yang memelihara ikan di daerah dataran tinggi hanya mengandalkan air hujan untuk mengisi air kolam yang saat ini mulai kering.
Sementara petani ikan air tawar di dataran rendah atau kolam yang masih memiliki air mulai membatasi pemeliharaan ikan, karena kondisi air kolam mereka mulai menyusut dan kurang baik untuk pembesaran ikan.
"Diperkirakan permintaan benih ikan air tawar akan terus menurun hingga berakhirnya musim kemarau ini," ujarnya.
Ia mengatakan, saat ini minat warga untuk memelihara ikan air tawar khususnya lele jumbo cukup tinggi, karena mereka menilai memelihara ikan tersebut lebih menguntungkan seiring nilai jual yang tinggi berkisar Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per kilogram.
Selain itu masa panen lele cukup pendek hanya tiga bulan jika dibandingkan ikan air tawar mencapai enam bulan.
"Budidaya lele cukup mudah, tidak membutuhkan perawatan khusus seperti pemeliharaan ikan gurami, ikan mas, bawal dan lainnya, namun karena cuaca kurang baik mengakibatkan banyak benih lele ukuran empat hingga enam sentimeter mati dijangkiti bakteri aeromonas," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014