Jakarta (Antaranews Babel) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus memperkuat pemahaman masyarakat kawasan perbatasan tentang potensi ancaman radikalisme dan terorisme guna mencegah masyarakat terpengaruh kelompok itu.

"Mereka pintar menggunakan dalil-dalil agama untuk memengaruhi masyarakat sekaligus merekrut anggota baru," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamli dikutip dari siaran pers.

Hamli mengemukakan hal itu saat menjadi pembicara dalam Dialog Pencegahan Radikalisme Terorisme di Wilayah Perbatasan yang digelar BNPT bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kepri di Batam, Kamis.

Dialog yang dibuka oleh Wakil Gubernur Kepulauan Riau Isdianto ini diikuti Forkominda Kepri, kepolisian, TNI, organisasi kepemudaan, ormas Islam, akademisi, dan tokoh agama. 

Hamli menuturkan, wilayah perbatasan menjadi salah satu tempat strategis para penggiat radikalisme dan terorisme, terutama untuk melakukan aksi antarnegara. 

Ia mengajak tokoh dan seluruh elemen masyarakat agar memainkan peran aktif dalam mengantisipasi berbagai upaya kelompok yang akan memanfaatkan kawasan perbatasan untuk melakukan aksi radikalisme dan terorisme. 

"Tokoh-tokoh agama harus bisa meng-counter narasi-narasi yang dikembangkan penganut radikalisme dan terorisme. Bagaimanapun mereka telah membajak agama untuk kepentingannya," ujar Hamli.

Mantan teroris Kurnia Widodo yang juga menjadi pembicara menceritakan pengalamannya selama bergabung dengan jaringan terorisme. 

Ahli kimia jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengakui pola pikir kelompok teroris dalam masalah keagamaan sangat aneh dan bertolak belakang dengan logika. 

"Mereka memutarbalikkan dalil-dalil agama untuk kepentingannya, padahal jelas itu sangat bertentangan dengan ruh agama Islam. Saya baru sadar setelah saya menjalani proses panjang, setelah sempat tersesat dalam ajaran radikalisme dan terorisme," kata Kurnia.

Pewarta: Sigit Pinardi

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018