Muntok (Antaranews Babel) - Perajin dambus atau alat musik tradisional Bangka yang berlokasi di Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membutuhkan bantuan pemasaran agar usaha yang digeluti bisa bertahan.
"Dalam setahun terakhir yang laku kurang dari 20 unit, kami berharap ke depan seni dambus bisa diajarkan ke seluruh sekolah sehingga masyarakat semakin seni dambus membudaya," kata perajin dambus, Donor Rahman (55) di Muntok, Minggu.
Di kalangan pemain dan pegiat seni musik dambus di Kabupaten Bangka Barat, Donor Rahman cukup dikenal berkat kejelian, ketekunan dan ketulusannya dalam mengolah sebongkah kayu menjadi dambus, sebuah alat musik tradisional Bangka.
Donor Rahman sudah sekitar 10 tahun menekuni profesi sebagai perajin dambus, alat musik petik berbahan kayu yang menyerupai sitar atau gambus berkepala rusa.
"Saya menjalankan usaha membuat alat musik dambus secara autodidak, karena pada prinsipnya asal ada kemauan pasti ada jalan," katanya.
Untuk membuat dambus kayu solid, berbagai jenis kayu keras sudah dicoba, namun menurut dia, kayu lokal jenis cempedak dan nangka memiliki kualitas bagus, baik dari sisi suara mau pun tampilan tekstur seratnya.
Alat musik produksi Donor saat ini dijual dengan kisaran harga antara Rp350.000 hingga Rp1.500.000 per unit sesuai bahan dan tingkat kesulitan pengerjaannya.
Meskipun usaha itu belum cukup maju karena keterbatasan pasar dan minat masyarakat memiliki alat musik tradisional yang masih rendah, namun dengan bekal ketekunan dan ketulusan dalam menjalankan usaha, ia optimistis ke depan akan berbuah hasil.
Ia mengharapkan ke depan generasi muda, terutama anak-anak tingkat sekolah dasar dikenalkan dengan alat musik tersebut agar memiliki minat dan kebanggan terhadap budaya sendiri.
"Kami membuka diri bagi siapa saja, terutama anak-anak yang ingin belajar membuat dambus," katanya.
Ia berharap para pegiat dan pelaku dambus diberikan ruang ekspresi yang layak dan diberikan kesempatan menjadi instruktur seni tradisional untuk mengajar di sekolah-sekolah agar dambus semakin dikenal dan diminati masyarakat, terutama mereka yang hidup di tanah Bangka.
"Dengan mengenalkan budaya lokal sejak usia dini ke depan seni dambus semakin diminati dan tentunya akan berdampak positif terhadap perajin alat musik tradisional tesaebut," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Dalam setahun terakhir yang laku kurang dari 20 unit, kami berharap ke depan seni dambus bisa diajarkan ke seluruh sekolah sehingga masyarakat semakin seni dambus membudaya," kata perajin dambus, Donor Rahman (55) di Muntok, Minggu.
Di kalangan pemain dan pegiat seni musik dambus di Kabupaten Bangka Barat, Donor Rahman cukup dikenal berkat kejelian, ketekunan dan ketulusannya dalam mengolah sebongkah kayu menjadi dambus, sebuah alat musik tradisional Bangka.
Donor Rahman sudah sekitar 10 tahun menekuni profesi sebagai perajin dambus, alat musik petik berbahan kayu yang menyerupai sitar atau gambus berkepala rusa.
"Saya menjalankan usaha membuat alat musik dambus secara autodidak, karena pada prinsipnya asal ada kemauan pasti ada jalan," katanya.
Untuk membuat dambus kayu solid, berbagai jenis kayu keras sudah dicoba, namun menurut dia, kayu lokal jenis cempedak dan nangka memiliki kualitas bagus, baik dari sisi suara mau pun tampilan tekstur seratnya.
Alat musik produksi Donor saat ini dijual dengan kisaran harga antara Rp350.000 hingga Rp1.500.000 per unit sesuai bahan dan tingkat kesulitan pengerjaannya.
Meskipun usaha itu belum cukup maju karena keterbatasan pasar dan minat masyarakat memiliki alat musik tradisional yang masih rendah, namun dengan bekal ketekunan dan ketulusan dalam menjalankan usaha, ia optimistis ke depan akan berbuah hasil.
Ia mengharapkan ke depan generasi muda, terutama anak-anak tingkat sekolah dasar dikenalkan dengan alat musik tersebut agar memiliki minat dan kebanggan terhadap budaya sendiri.
"Kami membuka diri bagi siapa saja, terutama anak-anak yang ingin belajar membuat dambus," katanya.
Ia berharap para pegiat dan pelaku dambus diberikan ruang ekspresi yang layak dan diberikan kesempatan menjadi instruktur seni tradisional untuk mengajar di sekolah-sekolah agar dambus semakin dikenal dan diminati masyarakat, terutama mereka yang hidup di tanah Bangka.
"Dengan mengenalkan budaya lokal sejak usia dini ke depan seni dambus semakin diminati dan tentunya akan berdampak positif terhadap perajin alat musik tradisional tesaebut," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018