Jakarta (Antaranews Babel) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerima kunjungan kehormatan ulama dari Universitas Al Azhar Mesir pada Jumat.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menerima rombongan yang terdiri atas mantan Rektor Al Azhar Prof Dr Ibrahim Hudhud dan Wakil Rektor Al Azhar Prof Dr Aayrof Atiyah di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat.
Pertemuan itu dihadiri pula oleh Katib Aam PBNU KH Yahya C Staquf, Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, Ketua PBNU KH Abdul Mannan Ghani, Ketua PBNU Hanif Saha Ghafur, Wasekjen PBNU Imam Pituduh, Ketua PP LAZISNU Ajat Sudrajat, dan Wasekjen PP ISNU M Sofwan Erce.
"Al Azhar adalah gudang ulama, kiblat ilmu Islam. Kami optimis Islam dihormati, dihargai, dan semakin jaya dengan keberadaan Al Azhar," kata Kiai Said.
Dalam pertemuan itu, para ulama membahas perkembangan terkini dunia Islam di Indonesia dan Timur Tengah. Mereka prihatin dengan kekerasan dan gerakan intoleran yang terjadi di tengah umat Islam.
Ibrahim Hudhud mengatakan Islam tidak mengajarkan saling caci maki karena perbedaan, termasuk perbedaan agama. Islam justru membawa perdamaian dan persatuan di tengah perbedaan.
"Islam agama islah, memakmurkan, bukan meruntuhkan, tidak menumpahkan darah, dan menebang pohon. Islam tidak meruntuhkan gereja-geraja," katanya.
Ibrahim memuji kehidupan di Indonesia yang menurut dia memiliki kecocokan dengan kehidupan kota Madinah di zaman Rasul, di mana setiap orang mendapatkan hak dan kewajiban tanpa melihat latar belakang agamanya.
Sementara Ajat Sudrajat mengatakan hubungan NU dan Al Azhar sangat baik. NU telah mengirimkan 30 pelajar untuk belajar di universitas Islam bergengsi itu.
Selain itu akan ada 50 orang yang berangkat pada Januari 2019 untuk kursus dua bulan di Al Azhar sebagai tindak lanjut kunjungan Grand Syekh Al Azhar ke PBNU beberapa waktu lalu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menerima rombongan yang terdiri atas mantan Rektor Al Azhar Prof Dr Ibrahim Hudhud dan Wakil Rektor Al Azhar Prof Dr Aayrof Atiyah di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat.
Pertemuan itu dihadiri pula oleh Katib Aam PBNU KH Yahya C Staquf, Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, Ketua PBNU KH Abdul Mannan Ghani, Ketua PBNU Hanif Saha Ghafur, Wasekjen PBNU Imam Pituduh, Ketua PP LAZISNU Ajat Sudrajat, dan Wasekjen PP ISNU M Sofwan Erce.
"Al Azhar adalah gudang ulama, kiblat ilmu Islam. Kami optimis Islam dihormati, dihargai, dan semakin jaya dengan keberadaan Al Azhar," kata Kiai Said.
Dalam pertemuan itu, para ulama membahas perkembangan terkini dunia Islam di Indonesia dan Timur Tengah. Mereka prihatin dengan kekerasan dan gerakan intoleran yang terjadi di tengah umat Islam.
Ibrahim Hudhud mengatakan Islam tidak mengajarkan saling caci maki karena perbedaan, termasuk perbedaan agama. Islam justru membawa perdamaian dan persatuan di tengah perbedaan.
"Islam agama islah, memakmurkan, bukan meruntuhkan, tidak menumpahkan darah, dan menebang pohon. Islam tidak meruntuhkan gereja-geraja," katanya.
Ibrahim memuji kehidupan di Indonesia yang menurut dia memiliki kecocokan dengan kehidupan kota Madinah di zaman Rasul, di mana setiap orang mendapatkan hak dan kewajiban tanpa melihat latar belakang agamanya.
Sementara Ajat Sudrajat mengatakan hubungan NU dan Al Azhar sangat baik. NU telah mengirimkan 30 pelajar untuk belajar di universitas Islam bergengsi itu.
Selain itu akan ada 50 orang yang berangkat pada Januari 2019 untuk kursus dua bulan di Al Azhar sebagai tindak lanjut kunjungan Grand Syekh Al Azhar ke PBNU beberapa waktu lalu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018