Sungailiat, Babel (Antaranews Babel) - Petani Desa Bukit Layang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), berhasil mengembangkan padi ladang atau gogo guna memenuhi kebutuhan beras untuk masyarakat desa setempat.
"Kami berhasil mengembangkan padi ladang seluas kurang lebih 67 hektar dari potensi luas areal padi ladang mencapai 100 hektare," kata anggota Gapoktan Layang Permai, Dion di Sungailiat, Babel, Selasa.
Padi ladang yang berhasil dikembangkan petani, kata dia, masih menggunakan pola berpindah-pindah lahan dengan kemampuan produksi mencapai 1,5 ton per hektare gabah kering.
"Saya mengakui kemampuan produksi padi ladang lebih rendah dibandingkan padi sawah karena jumlah anakan padi lebih sedikit dan waktu masa panen cukup lama," jelasnya.
Menurutnya, musim tanam padi ladang bagi petani Desa Bukit Layang hanya mampu setahun sekali dan dilakukan penanaman tanaman lain setelah musim panen.
"Saya menganggap cukup berhasil petani mengembangkan padi ladang meskipun saat ini masih dalam tahap awal, varietas padi yang ditanam petani dipilih jenis padi unggul seperti padi merah," jelasnya.
Sedangkan untuk pengembangan padi sawah, kata dia, masih menggantungkan kondisi musim hujan karena sawah tadah hujan.
"Potensi sawah mencapai kurang lebih 250 hektare dengan lahan yang sudah berhasil dikembangkan mencapai 100 hektare, kemampuan produksi 250 ton per hektare gabah kering," jelasnya.
Menurutnya, untuk menggarap sawah, para petani masih mengandalkan kondisi musim hujan karena belum tersedianya sarana irigasi primer.
"Dengan keterbatasan sarana irigasi mengakibatkan kemampuan petani bercocok padi hanya sekali dalam setahun," katanya.
Ke depan dia berharap sektor pertanian baik padi ladang maupun padi sawah di desanya dapat dimaksimalkan guna mendukung pemenuhan ketahanan pangan lokal.
Sementara Kepala Desa Bukit Layang, Andry mengatakann ke depannya sektor pertanian harus menjadi sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif dan menjadi kontributor utama sekaligus "Prime Mover" dalam perekonomian di daerah.
"Para petani harus mendapat penyuluhan dan pembinaan terus menerus sampai akhirnya berani meninggalkan pola lama yang tradisional beralih penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengenai budidaya tananaman padi dengan teknologi yang terus berkembang," jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019
"Kami berhasil mengembangkan padi ladang seluas kurang lebih 67 hektar dari potensi luas areal padi ladang mencapai 100 hektare," kata anggota Gapoktan Layang Permai, Dion di Sungailiat, Babel, Selasa.
Padi ladang yang berhasil dikembangkan petani, kata dia, masih menggunakan pola berpindah-pindah lahan dengan kemampuan produksi mencapai 1,5 ton per hektare gabah kering.
"Saya mengakui kemampuan produksi padi ladang lebih rendah dibandingkan padi sawah karena jumlah anakan padi lebih sedikit dan waktu masa panen cukup lama," jelasnya.
Menurutnya, musim tanam padi ladang bagi petani Desa Bukit Layang hanya mampu setahun sekali dan dilakukan penanaman tanaman lain setelah musim panen.
"Saya menganggap cukup berhasil petani mengembangkan padi ladang meskipun saat ini masih dalam tahap awal, varietas padi yang ditanam petani dipilih jenis padi unggul seperti padi merah," jelasnya.
Sedangkan untuk pengembangan padi sawah, kata dia, masih menggantungkan kondisi musim hujan karena sawah tadah hujan.
"Potensi sawah mencapai kurang lebih 250 hektare dengan lahan yang sudah berhasil dikembangkan mencapai 100 hektare, kemampuan produksi 250 ton per hektare gabah kering," jelasnya.
Menurutnya, untuk menggarap sawah, para petani masih mengandalkan kondisi musim hujan karena belum tersedianya sarana irigasi primer.
"Dengan keterbatasan sarana irigasi mengakibatkan kemampuan petani bercocok padi hanya sekali dalam setahun," katanya.
Ke depan dia berharap sektor pertanian baik padi ladang maupun padi sawah di desanya dapat dimaksimalkan guna mendukung pemenuhan ketahanan pangan lokal.
Sementara Kepala Desa Bukit Layang, Andry mengatakann ke depannya sektor pertanian harus menjadi sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif dan menjadi kontributor utama sekaligus "Prime Mover" dalam perekonomian di daerah.
"Para petani harus mendapat penyuluhan dan pembinaan terus menerus sampai akhirnya berani meninggalkan pola lama yang tradisional beralih penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengenai budidaya tananaman padi dengan teknologi yang terus berkembang," jelasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019