Sungailiat, Bangka (Antaranews Babel) - Mahasiswa program doktor di Kochi University of Technology Japan, Yayan Hernuryadin mengajak masyarakat Indonesia memperhatikan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya dan memisahkan sampah berdasarkan jenisnya

"Saya mengajak masyarakat Indonesia untuk tetap memperhatikan lingkungan sekitar dengan terlebih dahulu membuang sampah pada tempatnya dan memisahkan sampah berdasarkan jenisnya," kata Yayan Hernuryadin saat dihubungi melalui layanan WhatsApp, Selasa.

Dia mengatakan, pengalaman selama dua tahun lebih tinggal di Jepang sampai dengan saat ini, belum pernah ditemukan satu ekor pun tikus baik di lingkungan perumahan, di pasar, sungai ataupun di got-got, hal ini dikarenakan masyarakat Jepang sangat disiplin sekali dalam membuang sampah " katanya Yayan Hernuryadin saat dihubungi melalui layanan WhatsApp, Selasa.

"Ada hal menarik yang patut kita contoh dari prilaku masyarakat Jepang dalam mengelola sampah, dimana kesadaran terhadap kebersihan lingkungan dengan memisahkan jenis-jenis sampah sudah tertaman sejak "jaman Edo" atau antara tahun 1603 sampai 1867," jelasnya.

Pada masa itu kata Yayan Hernuryadin, masyarakat Jepang sengaja memisahkan jenis sampah karena alasan keterbatasan barang dan material.

Menurutnya yang sekarang sebagai mahasiswa program Doktor di Kochi University of Technology Japan, sampah yang dipisahkanya itu dipergunakan kembali sesuai pemanfaatannya.

"Sikap disiplin masyarakat Jepang untuk masalah sampah sampai sekarang tertanam," ujaranya.

Dikatakan, di Jepang juga tidak banyak tempat-tempat sampah yang kita temui, pembuangan sampah rumah tangga misalnya hanya akan diambil pada hari-hari tertentu dan tempat-tempat yang telah ditentukan.

"Misalnya di tempat saya di kota Kochi untuk sampah-sampah rumah tangga non plastik hari pembuangan sudah ditentukan pada setiap hari Selasa dan Jumat," katanya.

Kemudian sampah plastik dibuang pada hari Rabu, sedangkan untuk sampah lainnya seperti kardus besar, botol, sofa, sepeda dan barang-barang non elektronik hanya diambil oleh petugas sebulan sekali yaitu pada hari Rabu minggu ketiga setiap bulannya di tempat yang telah ditentukan. Sedangkan untuk sampah elektronik seperti TV, kulkas, AC dan mesin cuci dibuang di tempat pengumpulan sampah-sampah elektronik dan diwajibkan membayar cukup mahal.

"Awalnya saya juga merasa ribet karena ketika lupa membuang sampah pada hari Jumat misalnya, maka kita harus menunggu sampai hari Selasa baru bisa membuang lagi,. Bayangkan bila sampah kita sisa-sisa makanan seperti ikan misalnya bisa-bisa di rumah kita jadi bau, tetapi dengan seperti itu kita bisa belajar disiplin," ujarnya.

Hal menarik lainnya kata dia, di Jepang tidak banyak tersedia tempat sampah biasanya hanya disediakan ditempat umum seperti supermarket yang mana langsung sudah dipisahkan berdasarkan 3  jenis sampah yaitu kaleng, botol-botol plastik dan sampah-sampah yang mudah dibakar seperti sisa makanan.

"Saya berharap masyarakat Indonesia dapat mencontoh kebiasaan masyarakat Jepang dalam budaya buang sampah. Seharusnya masyarakat Indonesia harus malu sama penduduk Jepang, dulu waktu kecil di pengajian-pengajian saya sering mendengarkan ceramah bahwa kebersihan itu sebagian daripada Iman. Tapi implementasinya kita kalah sama orang Jepang dalam budaya menjaga kebersihan ini," katanya.

Selain itu juga pelajaran yang dapat dipetik dari budaya membuang sampah di Jepang ini adalah  memupuk rasa disiplin dan pemanfaatan kembali benda-benda yang masih layak pakai, benda-benda tersebut bisa untuk disumbangkan kepihak yang tidak mampu atau juga dapat didaur ulang.

Pewarta: Kasmono

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019