Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung intensif meminimalisir stunting yang ada di daerah itu.

"Kami saat ini bekerjasama dengan instansi dan pemangku kepentingan lainnya terus berusaha menurunkan angka stunting yang terjadi di Bangka Selatan," kata Kepala DKPPKB Bangka Selatan, Supriadi di Toboali, Jum'at.

Ia mengatakan dari 3535 balita berusia 0 sampai dengan 59 bulan, 12,9 persen atau 456 balita yang ada di Bangka Selatan masuk dikategorikan stunting.

"Sampai saat ini terdata ada sebanyak 456 balita stunting tersebar di delapan desa yang ada di Bangka Selatan, yakni Desa Serdang, Desa Tepus, Desa Sidoarjo, Desa Pongok, Desa Payung, Desa Sebagin dan Desa Jelutung 2 serta Desa Gudang," katanya.

Ia mengatakan untuk penurunan prevalensi stunting harus dikerjakan bersama semua pihak termasuk masyarakat.

Menurut dia, definisi stunting adalah kekurangan gizi kronis pada anak balita yang terjadi dalam jangka waktu lama. Pemerintah melakukan intervensi dalam dua skema. Pertama intervensi spesifik atau gizi dalam melakukan pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan anak suplementasi gizi, pemberian tablet darah dan konsultasi.

Skema Kedua kata dia, intervensi sensitif atau non gizi seperti penyediaan sanitasi dan air bersih, lumbung pangan, Alokasi Dana Desa, edukasi sosialisasi dan sebagainya.

"Ayo kita peduli lingkungan sekitar, lihat kondisi balita di keluarga atau lingkungan sekitar pahami carilah informasi sebanyak mungkin melalui media ataupun tentang stunting, lalu berpartisipasi memberikan informasi yang benar pada keluarganya dan edukasi masyarakat," katanya.

Pewarta: Eko SR

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019