Sungailiat, Bangka (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menetapkan 14 desa sebagai lokus intervensi stunting (kekerdilan) di sejumlah wilayah kerja Puskesmas di daerah itu.
Kasi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, Desi di Sungailiat, Rabu melalui pesan singkatnya mengatakan, ditetapkannya 14 desa sebagai lokus intervensi stunting untuk memastikan kesiapan dan implementasi rencana aksi intervensi spesifik dan sensitif.
"14 desa yang ditetapkan sebagai lokus intervensi stunting berdasarkan data pada anak usia di bawah dua tahun, termasuk desa yang prosentase stunting lebih dari 20 persen kronis sebagaimana data pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e- PPGBM)," katanya.
Dikatakannya, berdasarkan data e-PPGMB dari 6.627 anak usia di bawah dua tahun yang diukur terdapat 8.9 persen atau 588 anak stunting, angka itu lebih rendah dibandingkan survey Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 sebesar 18.2 persen, data e PPGBM dipakai untuk intervensi langsung karena lebih lengkap identitas nama anak dan alamat "by name by adress".
"Meskipun hasil e PPGM menetapkan sembilan desa lokus untuk prioritas intervensi stunting di Propinsi Bangka Belitung, tetapi kami masih tetap melakukan intervensi pada 10 desa lokus yg ditetapkan oleh pemerintah pusat walaupun ada penurunan di lima desa lokus tersebut," ujarnya.
Pemerintah mencanangkan program percepatan penanggulangan stunting melalui Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) 2018-2024, yaitu sebuah strategi jangka panjang terintegrasi yang mengedepankan konvergensi upaya intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
Penanganan stunting dilakukan melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif, di mana pada penanganan intervensi spesifik ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan, kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.
Sedangkan penanganan pada intervensi gizi sensitif ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk sasaran
1.000 hari pertama kehidupan.
"Masyarakat berperan penting dalam hal pencegahan dini pada kasus stunting mulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat," ujarnya.